Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia.Â
Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Indonesia. Sebuah negeri elok yang terdiri atas berlapis-lapis warna. Di antara lekukan gunung dan ceruk lautan, timbul keberagaman yang tak ada habisnya. Keberagaman ini bukan hanya perbedaan, tetapi identitas dan kekuatan Indonesia, sebuah mozaik indah yang dirajut oleh sumpah abadi.
Indonesia terdiri dari ribuan suku dan budaya yang beragam. Keberagaman ini telah dipersatukan sejak sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928. Semangat inilah yang menjadi bagian dari tiang kokoh untuk bangsa ini. Beragam suku dan budaya yang ada bukanlah penghalang, melainkan kekuatan bagi Bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan merupakan jembatan menghubungkan berbagai perbedaan dalam mempersatukan keberagaman suku, budaya, dan agama dalam satu bingkai kesatuan.
Keberagaman ini adalah kekuatan terbesar bangsa Indonesia. Sebab, segala kekurangan milik budaya masing-masing dapat saling melengkapi. Ini terbukti ketika para pemuda berhasil mengusir penjajah dengan modal persatuan dan kesatuan. Terbukti bahwa persatuan adalah fondasi dari Indonesia. Maka, Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya semboyan, melainkan landasan untuk merajut keharmonisan dan kelestarian bangsa. Oleh karena itu, menjunjung tinggi toleransi dan persatuan adalah tanggung jawab yang harus kita pegang demi kelangsungan bangsa. Inilah yang ingin diajarkan oleh Kolese Kanisius, sekolah bagi pemimpin masa depan.
Kanisian, Pemersatu Bangsa
Di Kolese Kanisius, ketika siswa kelas 12 mencapai masa dewasa dan siap untuk mengubah dunia, mereka dihadapkan pada satu formasi penting yang membangun karakter mereka sebagai pemimpin bangsa, toleransi. Kegiatan ekskursi kelas 12 dirancang untuk memperkenalkan para Kanisian pada inti keberagaman dan pentingnya menghargai perbedaan.
Bagi seorang Kanisian, kecerdasan akademik saja tidak cukup. Sebagai calon pemimpin, mereka harus memiliki kepekaan dan toleransi untuk melayani masyarakat dengan sepenuh hati. Melalui ekskursi, kanisian kelas 12 diterjunkan dalan suatu situasi yang berbeda dengan kehidupan sehari-hari. Jika di sekolah mereka menjadi mayoritas, yaitu sebagai umat Katolik, kini mereka menjadi minoritas diantara umat Islam. Melalui ekskursi, Kanisian dituntut untuk hidup bersama dengan para santri di pesantren.Â
Kegiatan ini menjadi bagian dari formasi kanisian. Kini para kanisian bisa merasakan keunikan dari Indonesia, yaitu perbedaan. Kanisian dapat merasakan kehidupan para santri dan juga mempelajari budaya Islam, sesuatu yang belum pernah dipelajari kanisian sebelumnya. Dengan ini, kanisian bisa membangun koneksi dan hubungan erat antar umat-umat yang berbeda agama. Dengan mengetahui dan mempelajari budaya agama lain, kanisian menjadi lebih toleran dan menghargai perbedaan tersebut. Maka kegiatan ekskursi ini merupakan kegiatan penting yang membangun rasa toleransi dan saling menghargai perbedaan, membiasakan mereka untuk menjunjung tinggi persatuan.Â
Ekskursi, Pengalaman tak terlupakan.