Mohon tunggu...
Gerardo NandavardhanaA
Gerardo NandavardhanaA Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA

Saya merupakah anak SMA yang tertarik dalam menulis artikel-artikel. Pada saat ini saya tertarik dalam bidang teknik dan mekanika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dibalik Ambruknya Rupiah: Mengurai Faktor-Faktor Krisis Moneter 1998 di Indonesia

11 September 2024   21:47 Diperbarui: 11 September 2024   21:47 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengantar

Krisis moneter tahun 1998 merupakan salah satu periode krisis moneter di Indonesia yang sangat parah. Krisis moneter ini berlangsung selama sekitar 5 tahun, yaitu krisis dimulai dari tahun 1998, dan perekonomian Indonesia mulai stabil di tahun 2003. Krisis moneter 1998, tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga terjadi pada beberapa negara asia timur lainnya, seperti Hongkong, Laos, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Krisis moneter ini menyebabkan banyak sekali kerugian bagi masyarakat Indonesia. Kerugian tersebut meliputi, kemerosotan berbagai sektor ekonomi, terutama sistem perbankan, dan laju inflasi yang sangat tinggi. Akibatnya, harga kebutuhan pokok melonjak dan nilai rupiah melemah secara signifikan terhadap dolar Amerika Serikat. 

Latar Belakang

Krisis moneter 1998, diawali dengan merosotnya nilai tukar mata uang Thailand (baht) pada awal tahun 1997. Pada tanggal 2 Januari 1997, nilai baht melemah hingga 20% terhadap dolar AS. Hal ini terjadi karena kebijakan dari Bank Sentral Thailand yang mengubah nilai tukar bath dari semula mengambang terkendali (managed floating) menjadi mengambang bebas (free floating). Dengan ini, nilai baht menjadi fluktuatif dan akhirnya melemah terhadap dolar AS.

Pada saat itu, perekonomian Indonesia sedang berkembang pesat, sehingga pemerintah yakin bahwa krisis moneter di Thailand tidak akan mempengaruhi Indonesia. Namun, beberapa hari setelah merosot mata uang baht, mata uang rupiah juga merosot. Menurut sejarawan M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern (2009), rupiah terdepresiasi sebesar 9%, dari 2,500 per US$ menjadi 4,000 per US$. Hingga pada puncaknya, rupiah menyentuh angka 17,000 per US$. Melihat kemerosotan nilai rupiah ini, pada 14 Agustus, Bank Indonesia memberlakukan kebijakan yang sama dengan Bank Sentral Thailand, yaitu mengubah nilai tukar rupiah dari semua mengambang terkendali (managed floating) menjadi mengambang bebas (free floating).

Kemerosotan nilai tukar rupiah diperparah dengan serangan dari spekulan yang mengarahkan spekulasi mereka pada rupiah. Spekulan merupakan individu atau kelompok yang melakukan transaksi di pasar keuangan internasional, dan spekulasi adalah penjualan atau pembelian mata uang tertentu. Dalam konteks depresiasi nilai tukar rupiah, spekulan berperan dalam memperparah depresiasi rupiah. Selama krisis moneter Asia, para spekulan melakukan penjualan besar-besaran terhadap mata uang negara-negara Asia, termasuk rupiah. Tindakan ini menyebabkan peningkatan pasokan rupiah di pasar dan penurunan permintaan akan rupiah. Akibatnya, nilai tukar rupiah semakin merosot terhadap dolar AS. 

Krisis moneter ini tidak hanya berdampak pada sektor keuangan, namun kepada keseluruhan dari kegiatan perekonomian Indonesia. Perekonomian Indonesia mengalami inflasi yang sangat besar. Akibatnya kebutuhan pangan meningkat drastis, diluar kemampuan masyarakat Indonesia. Biaya impor barang meningkat drastis, merugikan perusahan-perusahan Indonesia. Akibatnya, ditengah inflasi ini, terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Oleh karena itu, tingkat pengangguran meningkat drastis dan banyak keluarga yang jatuh dalam kemiskinan.

Faktor Penyebab

Krisis moneter di Indonesia tidak terjadi karena perekonomian Indonesia yang sedang melemah. Namun, krisis ini terjadi dari sektor luar negeri, terutama nilai tukar rupiah yang mengalami kemerosotan terhadap dolar AS.

Menurut Mishkin (2009), terdapat enam faktor utama penyebab terjadinya krisis moneter. Faktor ini meliputi, (i) Ketidakseimbangan pasar keuangan yang diakibatkan oleh penurunan permintaan di pasar modal, penurunan tingkat harga yang tidak diantisipasi, penurunan nilai tukar domestik yang tidak diantisipasi dan penurunan harga aset, (ii) Kemerosotan dalam neraca keseimbangan lembaga-lembaga keuangan, (iii) Krisis perbankan, (iv) Peningkatan dalam ketidakpastian, (v) Peningkatan tingkat suku bunga, dan (vi) Ketidakseimbangan fiskal pemerintah. 

Sesuai dengan enam faktor tersebut, faktor penyebab krisis moneter Indonesia dapat dirumuskan sebagai berikut,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun