Oleh: Gerarda Anastasya Bisa, Mahasiswa Geografi Universitas Lambung Mangkurat
Analisis Mendalam Potensi dan Tantangan Pengembangan Sekroe Perkebunan, Peternakan dan Perikanan di Kota Banjarmasin Tahun 2024
Kota Banjarmasin sebagai pusat ekonomi di Kalimantan Selatan memiliki potensi ekonomi yang besar di sektor perkebunan, peternakan, dan perikanan. Ketiga sektor ini menjadi komponen penting dalam pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun, analisis mendalam menggunakan metode Location Quotient (LQ) dan Shift Share (SS) pada tahun 2024 menunjukkan tantangan signifikan yang perlu ditangani oleh pemerintah daerah agar ketiga sektor ini mampu mendukung ekonomi lokal secara optimal.
1. Sektor Perkebunan: Tantangan dalam Meningkatkan Daya Saing
Sektor perkebunan di Banjarmasin mencakup berbagai komoditas seperti kelapa sawit, kelapa, karet, kopi, dan kakao. Berdasarkan analisis LQ, seluruh kecamatan di Kota Banjarmasin termasuk dalam kategori "Non-Basis," menunjukkan bahwa sektor perkebunan tidak memiliki keunggulan komparatif dibandingkan wilayah lain. Artinya, produksi komoditas perkebunan di Banjarmasin lebih rendah atau setara dengan daerah lain di luar Banjarmasin, sehingga sektor ini tidak menjadi andalan ekonomi kota.
Melalui analisis SS, terlihat bahwa sektor perkebunan mengalami pertumbuhan yang lamban di semua kecamatan. Kurangnya variasi pertumbuhan antar komoditas ini menunjukkan keterbatasan yang mungkin disebabkan oleh infrastruktur yang kurang memadai, minimnya akses pasar, serta dukungan kebijakan yang masih perlu diperkuat. Untuk meningkatkan daya saing sektor ini, pemerintah perlu mempertimbangkan penerapan teknologi pertanian modern dan dukungan kebijakan yang dapat merangsang produktivitas serta menciptakan akses pasar yang stabil.
2. Sektor Peternakan: Keunggulan Lokal yang Tidak Merata
Analisis sektor peternakan menunjukkan adanya variasi komoditas unggulan di tiap kecamatan. Di Kecamatan Banjarmasin Selatan, misalnya, terdapat beberapa komoditas unggulan seperti sapi potong, kerbau, ayam petelur, puyuh, dan kelinci. Kecamatan Banjarmasin Timur hanya memiliki itik sebagai komoditas unggulan, sementara Kecamatan Banjarmasin Barat menunjukkan potensi pada kambing, ayam buras, dan burung dara. Namun, di Kecamatan Banjarmasin Tengah tidak ada satu pun komoditas peternakan yang termasuk dalam kategori unggulan, yang mengindikasikan bahwa sektor peternakan bukanlah sektor dominan di wilayah tersebut.
Ketidakmerataan potensi ini menunjukkan pentingnya pendekatan kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi tiap kecamatan. Dengan mendukung komoditas unggulan di masing-masing wilayah, pemerintah dapat mendorong pertumbuhan sektor peternakan di Banjarmasin. Sementara itu, hasil SS menunjukkan pertumbuhan sektor peternakan yang lamban di semua kecamatan, yang mungkin disebabkan oleh keterbatasan infrastruktur, dukungan kebijakan yang belum memadai, serta minimnya penerapan teknologi modern dalam pengelolaan peternakan.
3. Sektor Perikanan: Peluang Pengembangan Perikanan Air Tawar
Analisis sektor perikanan menunjukkan bahwa sebagian besar kecamatan di Kota Banjarmasin memiliki potensi perikanan air tawar. Kecamatan Banjarmasin Selatan dan Timur, misalnya, memiliki komoditas unggulan pada jaringan apung tawar dan kolam air tenang, yang mendukung aktivitas perikanan berbasis air tawar. Berbeda dengan kecamatan lain, Kecamatan Banjarmasin Utara menunjukkan potensi pada perikanan perairan umum, yang menunjukkan adanya basis perikanan di area rawa atau genangan air tawar.
Namun, sebagaimana sektor perkebunan dan peternakan, sektor perikanan juga mengalami pertumbuhan yang lamban. Faktor-faktor seperti kurangnya infrastruktur, keterbatasan sumber daya manusia, serta minimnya teknologi dan fasilitas pendukung menghambat perkembangan sektor ini. Pemerintah perlu memberikan perhatian pada pengembangan fasilitas perikanan dan penerapan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas perikanan air tawar di Banjarmasin.
Kesimpulan: Pentingnya Kebijakan Strategis untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Secara keseluruhan, ketiga sektor utama di Banjarmasin pada tahun 2024 menghadapi tantangan yang signifikan dalam pengembangannya. Sektor perkebunan memerlukan intervensi kebijakan yang dapat meningkatkan daya saingnya, mengingat rendahnya kontribusi komoditas perkebunan terhadap perekonomian kota. Sektor peternakan memiliki potensi yang tidak merata di tiap kecamatan, sehingga membutuhkan pendekatan pengembangan yang disesuaikan dengan potensi unggulan tiap wilayah. Sementara itu, sektor perikanan memiliki peluang besar dalam perikanan air tawar, tetapi masih memerlukan dukungan infrastruktur dan teknologi yang lebih baik untuk mengoptimalkan potensinya.
Dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan yang berfokus pada pengembangan infrastruktur, teknologi, dan akses pasar sangat penting untuk memaksimalkan potensi ketiga sektor ini. Pendekatan kebijakan yang tepat dapat membantu meningkatkan daya saing sektor-sektor ekonomi di Banjarmasin dan mendorong kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H