Depok-Perubahan pendidikan di Indonesia tidak akan diiniasi oleh pemerintah, peran pemerintah sangatlah sedikit dalam menciptakan inovasi-inovasi baru di bidang pendidikan. Masyarakat adalah pihak yang harus berpikir lebih keras untuk menciptakan solusi dan inovasi guna menyelesaikan permasalahan di sekitarnya, termasuk permasalahan pendidikan. Hal itu diungkapkan Najelaa Shihab, seorang aktivis pendidikan dan pendiri sekolah cikal, dalam acara Grand Opening Gerakan Universitas Indonesia Mengajar angkatan 9, Rabu (11/9/2019).Â
"Semua dari kita perlu berubah, baik guru, masyarakat, maupun pemerintah" ujar Elaa, sapaan Najelaa Shihab.
Gerakan Universitas Indonesia Mengajar atau GUIM merupakan kegiatan pengabdian masyarakat yang berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan dasar di daerah terpelosok dan terluar di Indonesia. Setelah delapan tahun mengabdi untuk Indonesia, kini di angkatan ke-9 GUIM akan menebarkan inspirasi di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung selama 25 hari di bulan Januari nanti. Untuk memulai rangkaian kegiatan GUIM, maka diadakan acara Grand Opening GUIM 9 yang berlokasi di Auditorium Juwono Sudarsono FISIP UI dengan acara inti berupa talkshow.
"Spirit of volunteerism masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan, zaman sekarang lebih cenderung materialisme," ujar Dani Akhyar, Kepala Divisi Pengembangan Masyarakat Smartfren.
Partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan secara sukarela merupakan salah satu bentuk gotong royong dalam menyelesaikan permasalahan social yang ada di Indonesia. Dani secara tegas menekankan bahwa swasta siap membantu dan mendukung gerakan-gerakan sosial seperti GUIM dan sejenisnya sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat Indonesia.Â
Tahun ini, Divisi Pengembangan Masyarakat Smartfren membawa slogan 'Beda Bisa Bersama' dengan harapan seluruh masyarakat Indonesia yang beraneka ragam suku dan budaya dapat bergerak bersama-sama dan gotong royong membantu satu sama lain.
Selain Najelaa Shihab dan Dani Akhyar, Grand Opening GUIM 9 juga diisi oleh Ahmad Husein Alkaff yang merupakan asisten peneliti di Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Alumni GUIM yang biasa dipanggil Ucheng itu menceritakan pengalamannya selama menjadi pengajar GUIM di salah satu desa di wilayah utara Kabupaten Indramayu.
Dengan dilaksanakannya acara ini, diharapkan seluruh pihak dapat bersatu saling bahu membahu dalam melakukan aksi nyata mewujudkan kepeduliannya terhadap pendidikan di Indonesia, khususnya daerah terpelosok. Selain itu, acara ini juga bertujuan untuk membuka rangkaian seleksi pengajar dari mahasiswa UI yang nantinya akan menentukan 36 pengajar terbaik untuk turun ke lokasi kegiatan.
11 September 2019