[caption caption="idola anak-anak"][/caption]
Acara lomba foto diadakan dengan mendadak menandakan bahwa acara ini merupakan representasi dari kekecewaan dari fenomena yang terjadi masyarakat. Ibarat pepatah berpindah satu tempat lebih baik daripada tetap berdiri di satu tempat. Hal inilah yang banyak terjadi masyarakat sekarang ini, komentar yang terus melumbung tinggi tapi melupakan aksi yang semakin membumi. Aksi nyata yang dikemas dalam perlombaan foto membawa kelompok elit yang tidak peduli untuk kembali membuka mata bahwa mereka dilahirkan dalam kondisi yang sangat berbeda dengan kondisi pada saat ini.
Betapa tidak membuka mata juara 1 lomba photo ini berasal dari pelosok Kabupaten Tangerang. Photo ini menggambarkan anak kecil berpakaian pramuka seadaanya tanpa balutan kaos kaki dan dibadanya terselip bendera semaphore sedang menyalimi ayahnya yang sedang bekerja di tambak ikan. Dengan background pemandangan deretan pabrik dan tanah yang sudah mulai kering sangat membawa cerita sendiri dan inilah sebuha photo moment yang apik dan ciamik. Sangat jauh berbeda dengan photographer era 2015 yang lebih mengedepankan proses editan daripada proses moment memorial.
Keunikan lomba photo tidak berhenti sampai disitu, para juara1 s/d 3 diundang oleh kak ketua Kwartir Nasional Gerakan pramuka Adhyaksa Dault untuk bisa menghadiri penyerahan hadiah di malam peringatan kesaktian Pancasila yang mengusung tema “Malam Refleksi Pancasila dan Kita”. Ketika dari pihak kwarnas menjemput juara dari stasiun Pasar Senen kak Yoseph selaku penanggung jawab amat terheran-heran dengan cerita yang dituturkan dari pihak juara1. Mengapa? Para juara amatlah tidak percaya bahwa mereka bisa menjuarai perlombaan ini dan pergi ke Jakarta bagi mereka adalah mimpi yang amat sulit terwujud. Bagi mereka kegiatan Pramuka merupakan solusi untuk mengatasi agar mimpi-mimpi yang telah mereka rencanakan bisa terwujud. Bahkan hal yang bagi penulis terharu adalah ayah dari anak yang menjadi juara 1 sama sekali tidak mau berbicara apapun karena sangat takut salah omongan sebab ini merupakan kalipertama mereka mendapatkan apresiasi semewah ini.
Bagi penulis sendiri, rasanya inilah yang dinamakan dengan Idola Baru bagi masyarakat Indonesia sosok juara yang rendah hati dan tetap bersahaja. Mengapa dikatakan bersahaja? Ketika waktu penyematan penghargaan tinggal menunggu jam, salah satu kandidat juara menyadari bahwa celana yang ia kenakan sobek dan dia tidak memiliki celana lagi karena celana yang ia kenakan ke Jakarta merupakan celana satu-satunya dan terbaik semasa hidupnya. Sangat berbeda jelas dengan kehidupan glamour dan foya-foya yang secara tidak langsung telah masuk kedalam pola pikir masyarakat perkotaan.
Puncak Acara yang diadakan di Taman Ismail Marzuki Jakarta ini dihadiri oleh 550 dari berbagai pihak peserta pramuka maupun tokoh-tokoh terkenal seperti mantan wakil Presiden Republik Indonesia Tri Sutrisno. Dan ketika penyematan juara Kak Adhyaksa Dault memberikam tambahan beasiswa kepada 3 jaura Favorit sebanyak 5 Juta Rupiah.