[caption id="attachment_200053" align="aligncenter" width="300" caption="dhioradanbintang.blogspot.com"][/caption]
Seringsekali ketika menerima kembalian uang belanja, selain lembar ribuan tak terkecuali uang receh ikut serta. Persoalannya adalah dompet saya sudah cukup overload untuk menampung uang receh. Kadang saya juga bertanya-tanya, kenapa sebagian besar dompet perempuan itu didesain pula untuk uang receh? Jika melihat dompet misoa dan adik lelakiku yang sangat simple—dan sebagian besar dompet lelakipun seperti itu--heraaaan, kenapa dompet mereka ga didesain untuk menampung uang receh?? Walhasil, setiap ada kembalian receh, misoa selalu mengumpulkannya di gelas-gelas keramik hingga penuh.Kalo ditanya, kenapa sih ga dibawa, lumayan tuw untuk bayar parkiran. Jawabannya Cuma satu, MALES, berat—
padahal, recehan baru Rp.200, 500 bahkan 1000 yang mirip koin mainan itu sebenarnya ringan-ringan aja, hanya mungkin sebagian kaum lelaki itu cenderung ga sabaranmenaruh benda-benda kecil yang cukup ribet nyimpannya itu. Suatu saat, misoa sempet heran dengan dompet saya yang tebal dan berat, “wahh, ngguaya thok kie, sugih duit cah. ….” Ternyata waktu dilongok isinya recehan dan lembaran seribu dan dua ribuan. Hahaha…
[caption id="attachment_200055" align="aligncenter" width="300" caption="bloggers.com"]
lho jangan salah, lha wong Paman Gober aja duitnya kebanyakan receh kok, gudang uangnya isinya receh semua.Sempet kesel juga, pasalnya, duit receh dalam gelas keramik misoa itu akhirnya terbengkalai bahkan hampir saja kebuang. Ngawur aja neh, recehan begini juga duit. Lumayan untuk nambah uang belanja kalee. Akhirnya tak hilang akal, saya pakai sebuah kantong kainbekas souvenir manten untuk menampung semua duit recehan itu. Trus saya bilang, kalo kita hangout, bawa aja ni kantong uang. Pasti dah berguna. Benar saja, maka tiap weekend, kalo kami hangout, saya bawa kantong uang itu dan disiapkan di kendaraan. Dalam perjalanan saya pisahkan receh Rp.500-1000 untuk uang parkir sedangkan receh Rp 100-200 an untuk diberikan ke joki atau pengemis. Kadang tak selamanya orang senang diberi receh. Pernah juga diumpat seorang tukang parkir pinggir jalan ketika memberi uang receh. Mungkin baginya ‘agak sedikti menghina’ karena ia mengira nilainya kecil. Tapi yang namanya juga uang. Siapa sih yang ga suka diberi uang. Mungkin kita terlalu remeh menilai uang receh, padahal kalo dikumpulin dan segunung gitu suatu saat bisa menyaingi gudang uang recehnya Paman Gober. ya nggak?
So, jangan buang uang recehnya yaa..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H