Keberadaan internet sebagai salah satu bagian dari munculnya New Media memang membawa banyak perubahan di masyarakat. Akses masyarakat terhadap informasi menjadi lebih terbuka, dengan berbagai pilihan sumber informasi yang bisa dipilih sesuai kebutuhan audiens.
Aktivitas jurnalisme juga lebih dimudahkan, terutama dengan adanya jurnalisme multimedia. Bersifat multimedia, kini satu produk jurnalistik bisa dinikmati dengan dua atau lebih jenis media sekaligus, seperti gambar, video, dan teks dalam satu klik.
Jurnalisme Multimedia di Dunia
Selain itu, Deuze juga menyatakan jika terdapat dua definisi mengenai jurnalisme multimedia, yaitu sebuah paket produk jurnalistik yang menggunakan dua atau lebih media; dan berita yang terintegrasi dengan banyak sumber lain seperti hyperlink, televisi, SMS, e-mail, radio, dan media cetak.Â
Kegiatan jurnalisme mulai dijalankan secara besar-besaran ketika mesin cetak ditemukan oleh Johannes Guttenberg pada abad ke-18. Persebaran berita menjadi semakin luas, terlebih ketika ditemukannya internet pada tahun 1969.
Amerika Serikat melalui Departemen Pertahanannya menciptakan ARPANET (Advanced Research Project Agency Network)Â yang awalnya bertujuan untuk menahan serangan nuklir. Penciptaan jaringan ini lalu berujung pada penciptaan internet yang memungkinkan penggunanya untuk saling berkomunikasi, bertukar informasi, dan menikmati komunikasi yang bersifat interaktif.
Aktivitas jurnalisme multimedia pun semakin meluas, terlebih diperkaya dengan fasilitas hypertext yang sebelumnya telah ditemukan oleh Ted Nelson pada tahun 1963. Hypertext merupakan salah satu ciri khusus jurnalisme multimedia yang membedakannya dengan jurnalisme konvensional.
Salah satu tahap puncak dari berkembangnya jurnalisme multimedia adalah ketika ditemukannya WWW (World Wide Web). WWW ditemukan oleh Tim Berners-Lee pada tahun 1990 dan mulai efektif digunakan pada tahun 1993 untuk website jurnalistik di University of Florida.Â
Pelaksanaan jurnalisme multimedia kini dilaksanakan oleh beberapa media di Eropa dan Amerika Serikat, misalnya BBC, CNN, atau ESPN. Para wartawan diwajibkan memiliki kemampuan multi tasking, yang mengharuskan mereka melakukan beberapa hal dalam waktu bersamaan.
Jurnalisme Multimedia di Indonesia
Terlebih, saat itu arus informasi sangat dikekang oleh pemerintah.
Pada tahun 1994, Republika akhirnya menjadi yang pertama memiliki saluran media online di Indonesia. Disusul oleh TEMPO pada tahun 1996, yang pada waktu itu majalahnya dibredel oleh Pemerintah.
Setelahnya, menyusul detik.com yang berdiri pada tahun 1998. Detik adalah satu-satunya media yang tidak memiliki versi cetak pada masa itu.
Setelah tahun 2008, jumlah media daring yang bersifat multimedia semakin banyak di Indonesia. Tidak hanya menyajikan berita melalui teks dan gambar, media kini memungkinkan pengaksesnya untuk mengakses berbagai media (foto, teks, video, infografik) dalam satu berita.
Masyarakat kini memiliki kebebasan untuk memilih media yang ingin mereka konsumsi, sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Ditambah dengan fasilitas hyperlink, masyarakat pun semakin dimudahkan untuk mencari informasi tentang hal yang mereka minati.
Termasuk dalam artikel ini. Jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang perkembangan jurnalisme multimedia, pembaca dapat langsung mengklik tautan sumber yang telah dicantumkan di bawah. Mudah, bukan?
SUMBER:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H