Mohon tunggu...
George Lengkong
George Lengkong Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa jurusan Sastra Indonesia

Saya merupakan mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran. Saya memiliki minat lebih di bidang seni dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensialis Perempuan dalam Cerpen

29 Juni 2024   08:25 Diperbarui: 29 Juni 2024   08:32 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Cerpen "Perempuan di Depan Cermin" dibuka dengan sebuah kalimat yang bertuliskan "Siapakah aku?". Kalimat tanya tersebut sudah memberikan kesan kepada siapa pertanyaan itu dilontarkan. Pertanyaan mengenai diri sendiri tersebut menggambarkan tokoh yang terdapat dalam cerpen "Perempuan di Depan Cermin". Cerpen ini sendiri merupakan cerpen karya Seno Gumira Ajidarma yang dibuat pada tahun 1983. Dalam cerpen ini terlihat pandangan Seno Gumira Ajidarma mengenai perempuan itu sendiri. Melalui cerpen ini, Seno Gumira Ajidarma seperti ingin menyampaikan dampak-dampak yang terjadi kepada perempuan dari kebudayaan patriarkis. Digambarkan bahwa budaya patriarkis membuat perempuan tidak dapat mengenal secara utuh dirinya sendiri. Demikan yang terjadi oleh perempuan dalam cerpen ini.

Cerpen "Perempuan di Depan Cermin" mengisahkan mengenai seorang perempuan yang berusia 40 tahun dan akan merayakan ulang tahunnya tersebut. Namun, pada kenyataannya ia tidak ingin ulang tahunnya dirayakan, kerabat-kerabatnya yang memaksa. Selama cerita berjalan perempuan tersebut sedang berdiri di depan cermin dan bertanya kepada dirinya sendiri bahwa ia tidak mengenal siapa yang ada di cermin itu. Pengalaman ini memunculkan pertanyaan tentang identitas, makna hidup, dan keterbatasan yang dialami oleh perempuan dalam masyarakat patriarki.

Unsur eksistensialisme terlihat jelas dari cerpen ini. Eksistensialme menurut Jean Paul Sartre sendiri merupakan pandanga filosofis yang menekankan pentingnya kebebasan individu, tanggung jawab pribadi, dan pencarian makna dalam kehidupan manusia. Selama cerita berkembang tokoh perempuan dalam cerpen ini selalu bertanya mengenai keberadaan dirinya sendiri. Kebimbangan dan pencarian diri sendiri memberikan kesan bahwa perempuan dalam cerpen ini tidak menjadi dirinya sendiri. Ia tidak mengenal dirinya yang hadir tanpa riasan kosmetik tersebut. Tidak mengenal itu memperlihatkan juga bahwa selama hidupnya tokoh perempuan dalam cerpen ini selalu menutupi diri mukanya dengan kosmetik. Manusia seharusnya mengembangkan dirinya atas tanggung jawabnya sendiri bukan dari label, peran, atau steriotipe yang dituntut oleh masyarakat lingkunan sekitar.

Pada kehidupan nyata banyak sekali kasus yang memperlihatkan perempuan sebagai gender kedua yang tidak memiliki peran besar. Perempuan juga selalu dipaksa untuk tampil menjadi cantik, indah, menawan, dan lain-lain. Perempuan dituntut untuk memenuhi standar kecantikan yang ada di masyarakat. Kehidupan mereka seperti tidak ada yang bisa dilebihkan selain dari kecantikan dan tubuh mereka. Hal tersebut membuat perempuan tidak mengenal dirinya sendiri dan tidak berekspresi sebagaimana dirinya inginkan. Hampir dalam setiap kebudayaan perempuan selalu menjadi pilihan kedua dibawah laki-laki itu sendiri. Seno Gumira ingin menggambarkan kepada para pembaca dampak yang terjadi dengan perempuan yang selalu menjadikan dirinya bentuk ekspektasi dari orang lain. Perempuan menjadi tidak mengenali dirinya sendiri. Perempuan menjadi selalu tunduk dan tidak mudah untuk melawan.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun