Penguatan Mata Uang Dolar AS terhadap Mata Uang Rupiah hingga Rp. 16.000 per Dolar
Dalam beberapa waktu terakhir, pasangan mata uang dolar dengan rupiah mengalami kenaikan yang cukup signifikan, maka dari itu rupiah kini menyentuh angka Rp. 16.000 per dolarnya. Fenomena ini memunculkan kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi di Indonesia, mengingat volatilitas nilai tukar memiliki dampak langsung terhadap berbagai sektor, mulai dari perdagangan hingga inflasi. Pada artikel ini, penulis yang merupakan mahasiswa dari Universitas Airlangga akan membahas penyebab utama menguatnya dolar terhadap rupiah, dampak yang ditimbulkannya, dan langkah-langkah yang dapat diambil dalam kondisi seperti ini.
Penyebab Penguatan Dolar terhadap Rupiah
Penguatan dolar terhadap rupiah disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut :Â
Kebijakan Moneter The Federal Reserve : Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp. 16.000 per dolar pada awal april 2024, dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satu faktornya adalah kebijakan suku bunga The Federal Reserve. Pada Maret 2024, dapat dilihat bahwa data inflasi AS sangat tinggi, sehingga The Fed mempertahankan suku bunga yang tinggi dalam waktu yang cukup lama, hal tersebut mendorong minat investor global terhadap mata uang AS.
Gejolak ekonomi global : Ketidakpastian global, seperti perang antar negara, kenaikan harga energi, dan perlambatan ekonomi China. Kombinasi dari konflik geopolitik, lonjakan harga energi, dan penurunan perdagangan global mendorong investor untuk mengurangi eksposur mereka pada aset-aset yang berisiko dan beralih ke aset yang menurut mereka lebih aman seperti dolar AS dan obligasi negara AS. Akibatnya, permintaan terhadap dolar meningkat sangat tajam dan meninggalkan mata uang rupiah Indonesia.
Defisit transaksi berjalan : Defisit transaksi berjalan dapat terjadi apabila nilai impor suatu negara, baik barang ataupun jasa, melebihi nilai ekspornya. Di Indonesia masih terjadi ketergantungan terhadap impor bahan baku dan barang modal. Indonesia melakukan impor bahan baku berupa minyak mentah, bahan kimia, dan logam-logam tertentu. Di sisi lain, barang modal, seperti mesin-mesin industri dan teknologi, diimpor untuk mendorong pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan sektor manufaktur. Namun, impor yang dilakukan Indonesia ini tidak diimbangi dengan nilai ekspornya. Ketidakseimbangan ini memperbesar kebutuhan dolar AS di pasar domestik. Hal ini menyebabkan permintaan dolar yang lebih tinggi dan membuat rupiah melemah.
Ketergantungan pada komoditas ekspor : Komoditas unggulan Indonesia seperti minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan batu bara selama ini menjadi tulang punggung ekspor Indonesia. Namun, harga kedua komoditas ini di pasar global mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam beberapa waktu terakhir, yang berdampak pada pendapatan devisa negara.
Dampak Penguatan Dolar terhadap RupiahÂ
Penguatan dolar AS terhadap rupiah memberikan dampak-dampak sebagai berikut :Â