Semua yang ada ini. Tentang kita punya ini maupun diri kita tentu selalu bermasalah di dalam ruang hidup yang sempit. Memang semua ini telah 'RUSAK' akibat relasi antara sesama demi membangun multi kepentingan.
Ini semua, kita semua berada dalam ruangan yang RUSAK tanpa terkecuali. Namun, kita jarang sadar bahwa 'kita merusaki atau kita dirusaki'. Makna kedua kata dalam bentuk satu kalimat seperti yang ini uraiannya cukup luas dalam sudut pandang yang berbeda-beda. Soalnya begini itu mengandung makna filsafati yang tinggi khususnya yang berkaitan dengan filsafat geoekologi.
Karena itu, saya ingin menaruh di sini beberapa bentuk pertanyaan sempit yang gampang diuraikannya. Bentuk pertanyaan sempit yang gampang memberikan ulasan yang dimaksud logis dan fokus pada level tingkat tinggi 'kita merusaki atau kita dirusaki'.
Pandangan ini, mengetahui tingkatannya sampai level ke berapa ? apa yang akan terjadi pada perolehan kedua level tingkat itu ? dan apakah sudah sampai pada level tingkat tinggi atau sudah tidak sampai pada level tingkat tinggi ? sebab kita "tidak tahu maka kita harus menentukan", jadi begini penyelesaian untuk mencari :
Jikalau nilai akhir dari kedua tingkatan ini apabila tingkat 'kita meruski' sampai pada level tingkat tinggi dan 'kita dirusaki' tidak sampai pada level tingkat tinggi maka kita perlu menyadari bersama yang bukan main-main lagi bahwa kita gampang diombang-ambing orang lain sampai mati.
Sedangkan bila tingkat 'kita dirusaki' sampai pada level tingkat tinggi dan 'kita merusaki' tidak sampai pada level tingkat tinggi maka kita beruntung dan masih ada harapan untuk mencari jalan keluar dengan asas 'persatuan'.
Namun, bilamana nilai akhir dari kedua tingkatan ini sudah sama tingkatannya menjuluki sampai pada level tingkat tinggi. Tentu itu bersifat kompetentif maka tak akan mungkin mengalah antara kedua pihak. Oleh karena itu perlu mencari tahu penyebab awal masa lalunya maupun proses-proses yang selalu terjadinya sampai saat ini dan mencari jalan keluar masa depannya.
Kemudian, bilamana tingkat 'kita merusaki atau kita dirusaki' mau berupaya mengosongkan atau dikosongkan maka kedua pihak perlu "menyadari asas keadilan, kejujuran serta kebenaran pula".
Cuma saya ini tidak memahami baik selama ini tentang "makna kata kebenaran, keadilan, maupun kejujuran" itu selalu berlaku dalam kehidupan seluruh umat manusia terhadap alam ini secara real (rasional) atau tidak real (irasional).Â
Oleh karena itu, saya berkesimpulan sementara selagi mencari bahwa memang benar relasi antara kita dan kita, alam dan kita mempunyai sesuatu yang kita tidak sadar bahwa 'kita merusaki atau kita dirusaki'. Itu dapat dipahami hidup selalu 'rusak' itu kita yang merusaki dia atau kita dirusaki oleh orang lain dari antara kita (manusia) atau kita diserang oleh alam yang kita sendiri merusakinya. Lihat ternyata, orang asli Papua sedang berada di dalam genggaman negara Indonesia yang di dalamnya memiliki peubah buruk yang ditanam bersama negara-negara dunia  yang memiliki karakter berinvestasi di Indonesia. Karena itu, kita (orang asli Papua) itu, renung dan menyadari bersama untuk menjaga alam yang alami tanpa artifisial teknologi yang sistemik di Indonesia, orang asli Papua menjaga alam dan budayanya sebagai bagian dari koridor geografis Melanesia dan Pasifik.
Penulis, surya darwin di @kompasiana Â