Berbicara tentang wastra nusantara, nama batik dan songket akan langsung muncul. Dua kain etnik ini memang sudah sangat terkenal seantero dunia. Karya-karya dari bahan batik atau songket kian sering ditampilkan di ajang fashion show internasional. Bahkan semakin banyak desainer top dari luar negeri yang menggunakan kain yang masing-masing motifnya punya makna filosofis ini dalam produk pakaian mereka.
Bagaimana dengan tenun Baduy? Kain yang satu ini masih belum dikenal luas. Jangankan di luar negeri, orang Indonesia pun masih banyak yang tidak tahu ketika ditanya tentang tenun Baduy. Kain khas suku Baduy yang tinggal di Banten ini punya ciri yang berbeda dengan tenun daerah lain yaitu pattern berbentuk geometris, garis-garis dan kotak-kotak. Selain itu, tenun yang umumnya berwarna alam ini dibuat dengan benang katun yang tebal. Keunikan lainnya adalah adanya benang rawis (unfinished) di bagian tepi yang menambah kesan eksotis.
Tenun Baduy saat ini telah diaplikasikan dalam berbagai produk fesyen modern seperti blouse, celana pendek, rok panjang, jumpsuit, jubah, rompi dan lain-lain. Karya-karya tersebut siap mendunia dan menyusul popularitas batik. London Fashion Week (LFW) yang akan digelar pada tanggal 17-21 Februari 2017 akan menjadi salah satu panggung internasional bagi tenun Baduy. Tak main-main, LFW adalah event mode yang sangat bergengsi dan bahkan telah diakui sebagai salah satu kiblat mode dunia selain New York, Milan dan Paris.
Segmen ini dirancang sebagai sarana untuk mendukung para desainer yang belum banyak diekspos sehingga diharapkan bisnis mereka mampu berkembang di ajang internasional. Selain itu, LEKAT juga akan mengikuti International Fashion Showcase pada tanggal 17-21 Februari 2017 yang diselenggarakan di West Wing, Somerset House, London.
Sejak tahun 2013, Amanda melalui LEKAT mulai mencuri perhatian dunia fesyen dengan karya-karyanya yang mengangkat tenun Baduy menjadi pakaian ready to wear yang dapat digunakan di berbagai kesempatan. Melalui busana yang ia rancang, Amanda mencoba untuk mengangkat nilai-nilai budaya suku Baduy yang terkandung dalam kain tenun. Belum banyak masyarakat, bahkan yang tinggal di Banten, yang mengetahui jika suku Baduy punya warisan budaya yang unik berupa tenun. Ia melihat hal tersebut masih sangat kurang mendapat sorotan publikasi dari media massa selama ini.
Busana tenun Baduy oleh LEKAT dijahit dengan teknik boro, yaitu sebuah teknik menjahit asal Jepang yang memadupadankan kumpulan kain. Menariknya, semua material utama dikerjakan dan ditenun oleh orang suku Baduy di kampungnya. Beberapa benang katunnya disiapkan dari workshop LEKAT. Kain tenun yang sudah jadi barulah dibawa ke Jakarta untuk kemudian dijahit sesuai desain yang disiapkan oleh tim LEKAT.
Hal tersebut sangat bagus dan menjadi nilai lebih bagi LEKAT. Selain mendorong pelestarian kain tenun Baduy, pelibatan langsung orang suku Baduy dalam proses pengerjaan karya juga membantu memberdayakan mereka secara ekonomi. Dengan demikian, tidak berlebihan bila banyak orang memuji kekhasan dan orisinalitas kain tenun Baduy ini.
Dengan mendukung insan-insan berprestasi dari Indonesia yang tampil di ajang tersebut, maka diharapkan kebudayaan Indonesia akan semakin dikenal dan berkibar di dunia. Sejak tahun 2013, Direktorat WDB terus berusaha memberikan dukungan penuh dan telah memberangkatkan 1.420 delegasi di 260 event yang berlangsung di 57 negara di dunia. Jumlah yang luar biasa.