Masyarakat Indonesia akan segera merasakan naik Kereta Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta di Jakarta. Transportasi berbasis rel yang akan menghubungkan antara bandara tersibuk di Indonesia dengan pusat ibukota Indonesia ini ditargetkan mulai dioperasikan pada Juli 2017. Dengan jalur kereta yang membentang sejauh 36 kilometer (km) dari Stasiun Manggarai hingga Cengkareng dan rangkaian gerbong kereta yang mampu mengangkut hingga 3.500 orang per hari, pergerakan para penumpang pesawat dari Jakarta ke Bandara Internasional Soekarno Hatta maupun sebaliknya tentu akan semakin mudah.
Masyarakat sudah tak sabar menunggu kehadiran kereta bandara di Jakarta karena selama ini terus menerus mengeluh akan waktu yang harus ditempuh untuk menuju ke bandara dari tempat tinggal atau kantor mereka masing-masing. Saat ini mereka bisa menghabiskan hampir 2 jam untuk pergi ke bandara dari area sekitar Manggarai di jam-jam sibuk yang penuh kemacetan pada pagi dan sore hari. Kereta bandara nantinya mampu mengantarkan mereka dari Stasiun Manggarai ke bandara hanya dalam waktu 45 menit.
Minggu lalu, penulis berkesempatan menjajal kereta bandara di negeri jiran kita, Malaysia. Express Rail Link (ERL) mulai melayani warga Malaysia untuk menjangkau Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) dari Stasiun Terpadu Kuala Lumpur Sentral dan rute sebaliknya sejak tahun 2002. Ada beberapa hal yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari kereta bandara di Kuala Lumpur agar kereta bandara di Jakarta nantinya dapat nyaman dan aman digunakan.
Kereta bandara di Kuala Lumpur terbagi menjadi dua macam. Yang pertama adalah KLIA Ekspress yang secara non-stop menghubungkan dua terminal utama pada bandara (KLIA dan KLIA2) dengan Stasiun KL Sentral. Yang kedua adalah KLIA Transit yang menghubungkan bandara dan pusat kota dengan pemberhentian di tiga titik yaitu Bandar Tasik Selatan, Putrajaya/Cyberjaya dan Salak Tinggi. Jadwal keberangkatan kereta yang pertama setiap harinya adalah pukul 05.00 sedangkan kereta terakhir adalah pukul 00.00.
Hal ini mengingatkan saya dengan adanya pro dan kontra yang muncul ketika Railink yang merupakan anak usaha PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT Angkasa Pura II memberi tahu rencana harga tiket kereta bandara Soekarno Hata berada di kisaran Rp 100.000,00 hingga Rp 150.000,00. Banyak pihak yang mengatakan bahwa harga itu terlalu mahal dan justru malah membuat kereta bandara nantinya terancam sepi penumpang. Di lain sisi, banyak juga yang mendukung karena harga tersebut masih lebih murah bila dibandingkan biaya naik taksi dari Manggarai ke Bandara Soekarno Hatta.
Kita berharap apabila kelak harga tiket kereta bandara di Jakarta benar mencapai di atas Rp 100.000,00 sehingga hampir sama dengan kereta bandara di Kuala Lumpur, maka fasilitas yang diberikan juga harus berkualitas baik. Jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta pun tak boleh sering molor, Dengan demikian, para penumpang tidak akan merasa rugi sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Kepuasan konsumenlah yang akan menentukan ramai atau tidaknya penumpang kereta bandara di Jakarta nanti.
Etika menggunakan kereta bandara sebagai fasilitas umum juga perlu diperhatikan oleh masyarakat Indonesia nantinya. Belajar dari Malaysia, penulis sama sekali tidak menjumpai adanya sampah seperti botol air mineral yang habis dipakai maupun sisa tissue dan bungkus permen yang tergeletak di bawah kursi pada kereta KLIA Ekspress maupun KLIA Transit. Semuanya dibuang dengan tertib di tempat sampah yang telah disediakan. Tidak ada juga coretan-coretan iseng sebagai hasil perbuatan vandalisme yang nampak di kereta ini. Hal itu menambah nilai kenyamanan bagi seluruh penumpang, baik warga lokal maupun turis mancanegara.