Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (pilgub) DKI Jakarta periode 2017-2022 bisa dibilang merupakan salah satu pemilihan kepala daerah yang paling kompetitif yang pernah terselenggara di Indonesia. Tiga pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang bertanding adalah Agus Yudhoyono – Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) – Djarot Saiful Hidayat dan Anies Rasyid Baswedan – Sandiaga Uno.
Selama empat bulan terakhir, ketiga paslon aktif melakukan kampanye untuk mengajak warga Jakarta memilih dirinya di hari pencoblosan pada tanggal 15 Februari 2017. Seluruh wilayah di Jakarta didatangi dan berbagai komunitas masyarakat disambangi untuk memperkenalkan visi dan misi masing-masing paslon.
Salah satu komunitas masyarakat yang tidak luput dari perhatian para paslon adalah pecinta sepak bola yang berdomisili di Jakarta. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia, termasuk di Jakarta. Ibukota Indonesia ini merupakan ‘rumah’ bagi salah satu klub besar dengan sejarah yang panjang yaitu Persija. Klub sepak bola yang telah berdiri sejak 28 November 1928 ini didukung oleh Jakmania, kelompok supporter yang sangat loyal dan bahkan bisa dibilang fanatik.
Sejak awal masa kampanye, ketiga paslon telah menyadari pentingnya mendekati Jakmania untuk mendukung mereka di pilgub tahun ini. Hal itu sangat wajar mengingat besarnya pengaruh yang bisa ditimbulkan oleh kelompok suporter yang terkenal dengan atribut berwarna oranye ini.
Menurut Mantan Ketua Umum Jakmania, Richard A. Supriyanto dalam suatu wawancara dengan wartawan tahun lalu, jumlah anggota Jakmania yang memiliki kartu tanda anggota (KTA) sebanyak 70.000 orang. Di luar angka tersebut, masih ada sekitar 140.000 orang pendukung setia Persija yang belum memiliki KTA. Di tahun 2017, jumlah anggota organisasi yang kini dipimpin oleh Ferry Indrasjarief ini pasti telah banyak bertambah.
Di samping jumlah anggota yang fantastis, Jakmania juga punya struktur organisasi yang tertata. Anggota Jakmania yang sebagian besar merupakan anak-anak muda ini diatur dalam 63 koordinator wilayah (korwil) yang tersebar di seluruh penjuru DKI Jakarta dan sekitarnya. Masing-masing korwil memiliki pengurus tersendiri. Dengan struktur organisasi yang kuat seperti ini, tentu para paslon sangat tergoda untuk bisa menjadikan Jakmania sebagai mitra dalam menjaring konstituen.
Seperti yang telah diketahui, tim sepakbola yang mendapat julukan “Macan Kemayoran” ini tak bisa lagi menggunakan Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) yang sedang direnovasi untuk perhelatan Asian Games 2018. Sementara itu, Stadion Lebak Bulus yang dulunya merupakan markas Persija kini telah dihancurkan untuk dibangun sebagai infrastruktur Jakarta Mass Rapid Transit (MRT). Dengan demikian, Persija harus mengungsi ke luar Jakarta. Ketika berkompetisi di Indonesia Soccer Championship (ISC) tahun lalu, Persija harus memainkan laga kandang mereka di Stadion Manahan di kota Solo.
Memiliki stadion sendiri adalah hal yang sangat diharapkan oleh Persija. Stadion GBK yang terletak di Jakarta merupakan milik pemerintah pusat, sehingga Persija juga tak bisa dengan leluasa mengatur penggunaannya. Bagi Jakmania, keberadaan stadion khusus untuk Persija di wilayah DKI Jakarta tentu membantu mereka dalam mendukung Bambang Pamungkas cs. beraksi. Mereka tidak perlu menempuh jarak jauh untuk bisa datang ke stadion dan memenuhi tribun dengan warna oranye kebanggaannya.
Lalu apa saja janji yang dilontarkan oleh ketiga paslon pilgub DKI Jakarta terkait stadion untuk Persija? Berikut ini adalah beberapa pernyataan dari para paslon di media massa yang penulis rangkum.
AGUS-SYLVI