Kompetisi bulutangkis SEA Games 2015 berlanjut ke nomor perseorangan. Masing-masing negara hanya diperkenankan menurunkan dua orang pemain di setiap nomor walaupun punya tiga atau empat pemain yang dibawa ke Singapura. Pelatih memilih Jonatan dan Firman yang turun mewakili Indonesia di nomor tunggal putra dengan alasan bahwa mereka berperingkat tertinggi diantara "Fantastic Four".
Sedangkan di kejuaraan beregu campuran Piala Sudirman tahun itu, Indonesia menyiapkan jagoan-jagoan di nomor ganda campuran, ganda putra, ganda putri, tunggal putra dan tunggal putri untuk tampil. Pada masing-masing nomor ganda, Indonesia memasukkan dua pasangan. Sementara untuk masing-masing nomor tunggal, Indonesia mendaftarkan tiga pemain.
Sektor tunggal putra Indonesia sempat dilanda dilema tentang siapa diantara "Fantastic Four" yang kali ini harus 'dikorbankan' untuk tidak bergabung dalam tim Piala Sudirman. Keempatnya sama-sama pemain muda dan sebelumnya belum pernah tampil di ajang beregu yang terakhir kali dimenangkan Indonesia tahun 1989 ini.
Pelatih pun membuat keputusan dan Ginting untuk ketiga kalinya tidak terpilih untuk bermain membela Indonesia pada kejuaraan beregu. Jonatan, Firman dan Ihsan adalah nama-nama yang dipercaya untuk berangkat ke Dongguan.Â
Indonesia akhirnya harus puas dengan medali perunggu setelah dikalahkan Tiongkok di semifinal. Dari empat pertandingan yang dilakoni, tunggal putra Indonesia hanya menang satu kali yaitu di perempatfinal melalui aksi Jonatan.
Bisa saja Ginting marah atau ngambek pada pelatih dan mempertanyakan keputusan itu. Kepercayaan dirinya sebagai pemain mungkin juga terganggu. Tidak ada yang mau dan nyaman dinomorduakan.
Untunglah Ginting mampu merespon masa kritis itu dengan positif. Kondisi itu justru malah memacu dirinya untuk memperbaiki kemampuannya agar tidak kalah dari Jonatan, Firman dan Ihsan. Dengan terus berlatih keras, tidak butuh waktu lama baginya untuk mencapai hal itu.
Sejak tahun 2016 hingga sekarang, perlahan-lahan Ginting tampil lebih menonjol dibanding Jonatan, Firman dan Ihsan. Ginting semakin stabil dan sering membuat kejutan dengan mengalahkan pemain-pemain senior dengan peringkat lebih tinggi di turnamen-turnamen internasional. Kini mutiara bernama Ginting semakin bersinar dan membuat semua orang mengakui kegemilangannya.
Dari kisah perjalanan Ginting ini, kita dapat memetik pelajaran untuk tidak mudah putus asa dalam bersaing mengejar impian. Meskipun kita harus mengalami kenyataan yang tidak menyenangkan atau kadang merasa 'sudah kalah' namun peluang tetap ada selagi kita yakin mampu mencapainya. Terimakasih Ginting untuk terus berusaha keras dan berjuang mewujudkan mimpi bagi dirinya dan bulutangkis Indonesia.