Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Belajar dari Sukses Indonesia Juarai ASEAN Para Games 2017

24 September 2017   02:28 Diperbarui: 24 September 2017   05:07 6128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para atlet, pelatih dan ofisial di cabang olahraga renang yang menyumbangkan 39 medali emas di ASEAN Para Games 2017. Sumber foto: tribunnews.com.

Penjaringan dan pengembangan bibit-bibit muda di cabang atletik dan akuatik baik pada atlet difabel maupun atlet umum lainnya harus dilakukan sejak usia dini dan secara masif di seluruh daerah. Atlet-atlet yang terpilih ke pemusatan latihan nasional juga harus mendapat sarana dan prasarana berlatih yang baik, termasuk sumber daya manusia kepelatihan yang handal. Jangan ada lagi cerita keterlambatan uang saku dan fasilitas latihan yang sudah rusak dimakan usia.

Para atlet, pelatih dan ofisial di cabang olahraga renang yang menyumbangkan 39 medali emas di ASEAN Para Games 2017. Sumber foto: tribunnews.com.
Para atlet, pelatih dan ofisial di cabang olahraga renang yang menyumbangkan 39 medali emas di ASEAN Para Games 2017. Sumber foto: tribunnews.com.
Bakat-bakat baru yang dianggap cocok di nomor-nomor lari dan renang wajib diarahkan untuk fokus menekuni cabang atletik dan akuatik saja. Perlu ada pendekatan khusus agar anak-anak dengan bakat alam itu tidak lantas mudah beralih ke cabang olahraga permainan seperti sepakbola, bola basket, bola voli, dan lain-lain.

Saat ini entah secara sadar atau tidak, fokus pemerintah dan masyarakat lebih tersita pada olahraga permainan. Dukungan dana dari pemerintah maupun sektor swasta pun sepertinya lebih banyak mengucur ke cabang-cabang seperti sepakbola, bulutangkis, bola basket, bola voli, tenis, dan lain-lain. Olahraga permainan juga penting dan sangat menarik sebagai hiburan, namun porsi perhatian untuk atletik dan akuatik tidak boleh njomplang alias tidak sebanding juga.

Indonesia patut mencontoh Vietnam yang dalam sepuluh tahun terakhir semakin serius membangun kekuatan di cabang atletik. Vietnam cukup sadar bahwa untuk mengimbangi Thailand di SEA Games, mereka harus punya atlet-atlet lari dan lempar yang handal. Hasilnya telah terlihat di SEA Games 2017 lalu saat mereka jadi juara umum di cabang atletik dengan 17 medali emas. Indonesia tak boleh kalah lagi dari Vietnam setelah sebelumnya sudah tertinggal dari Thailand.

2. Memetakan Potensi Medali di Asian Para Games 2018 dan Paralympic Games 2020

Setelah sukses di ASEAN Para Games 2017, Indonesia saatnya mulai berpikir ke target berikutnya yang lebih tinggi yatu Asian Para Games 2018 yang digelar di Jakarta, Indonesia dan Paralympic Games 2020 yang dilaksanakan di Tokyo, Jepang. Kegemilangan di level Asia Tenggara menjadi batu pijakan untuk bisa berbicara lebih banyak di level Asia dan dunia.

Sejak penyelenggaraan ASEAN Para Games pertama di tahun 2010 dan kemudian di tahun 2014, Indonesia baru meraih total 10 medali emas, 16 medali perak dan 23 medali perunggu. Indonesia masih kalah dari negara-negara Asia Tenggara lainnya yaitu Thailand (46 medali emas), Malaysia (24 medali emas) dan Vietnam (12 medali emas). Jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Timur seperti Tiongkok dan Jepang, Indonesia masih tertinggal jauh.

Saat tampil di depan publik sendiri tahun depan, atlet-atlet difabel Indonesia didorong agar dapat merebut lebih banyak medali dan melambungkan Indonesia ke posisi lima besar di klasemen, sesuai target yang dicanangkan. Untuk itu, para atlet di cabang-cabang potensial yang terbukti berprestasi konsisten di Asian Para Games 2014 di Incheon, ASEAN Para Games 2015 di Singapura dan ASEAN Para Games 2017 di Kuala Lumpur mutlak dipertahankan dan bahkan kian ditingkatkan kemampuannya.

Kontingen Indonesia saat upacara pembukaan ASEAN Para Games 2017. Sumber foto: sindonews,com.
Kontingen Indonesia saat upacara pembukaan ASEAN Para Games 2017. Sumber foto: sindonews,com.
Di cabang atletik dan akuatik, persaingan sengit akan dihadapi oleh Indonesia saat melawan atlet-atlet Tiongkok, Jepang, Korea dan Iran yang sudah berkelas Paralympic Games. Atlet-atlet Merah Putih diharapkan tetap mampu tampil apik dengan menggondol beberapa medali emas di nomor-nomor yang diandalkan. Namun dominasi yang Indonesia miliki di atletik dan akuatik pada ASEAN Para Games 2017 sepertinya susah untuk terjadi di Asian Para Games 2018.

Maka, bulutangkis dan tenis meja adalah dua cabang yang bisa dijagokan untuk menjadi penyumbang banyak medali emas di Jakarta tahun depan. Atlet-atlet seperti Leani Ratri Oktila, Ukun Rukaendi dan Hary Susanto adalah andalan di bulutangkis. Sementara di tenis meja, Indonesia dapat menaruh harapan lebih pada Dian David Mickael Jacobs dan Agus Susanto. Mereka punya skill yang tak kalah hebat dari atlet-atlet Tiongkok, Jepang dan Korea.

Untuk menambah kemampuan dan pengalaman, mereka perlu dikirim ke lebih banyak turnamen di luar negeri. Hal ini juga sekaligus menjadi kesempatan bagi mereka untuk mengukur diri mereka dan membandingkan dengan para calon kompetitor. Dengan demikian, mental bertanding mereka pun semakin kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun