Peristiwa pengendara sepeda motor yang ditendang oleh anggota Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) baru-baru ini ramai diperbincangkan karena dianggap meresahkan. Pasalnya, pengendara motor sport tersebut menerobos kawasan area Ring 1 yang merupakan area VVIP sekitar Istana Kepresidenan. Hal ini tentu membuat masyarakat khawatir akan sikap para pengendara motor yang ugal-ugalan dan tidak memiliki sopan santun. Namun, tidak semua anggota komunitas motor seperti itu, kita bisa melihat kebiasaan dari anggota komunitas Vespa.Â
Vespa merupakan sepeda motor asal Eropa yang ternyata memiliki banyak peminat di Indonesia. Menurut Presiden Direktur PT. Piaggio Indonesia, Marco Noto La Diega, jumlah peminat Vespa di Indonesia adalah terbanyak kedua setelah Italia, dengan sekitar 40 ribuan pengguna Vespa, dikutip dari Tribunnews.com. Tidak hanya jumlahnya yang banyak, komunitas Vespa di Indonesia memiliki solidaritas yang kuat di antara sesama penggunanya. Lantas apa saja yang bisa dipelajari dari para pengendara Vespa? Yuk simak tiga hal berikut:
Mengendarai Vespa Membuat Rendah Hati dan Memupuk Rasa Toleransi.Â
Perbedaan suku dan agama bukanlah penghalang kamu untuk diterima menjadi keluarga dan saudara dalam komunitas ini. Dengan mengendarai Vespa kamu belajar untuk peduli dengan sesama dan selalu rendah hati serta diajarkan untuk bertoleransi tinggi, misalnya pada saat kumpul komunitas Vespa, kamu otomatis akan bertukar pikiran tentang pengalamanmu saat mengendarai Vespa tanpa melihat suku maupun agama.Â
Budaya Solidaritas Pengguna VespaÂ
Menurut pendiri komunitas Vespa Day, Om Benk, komunitas Vespa di Indonesia dikenal punya solidaritas yang tinggi. Bentuk budaya solidaritas antar sesama pengguna Vespa adalah mereka akan saling menyapa saat berpapasan di jalan dengan cara membunyikan klakson. "Kalau ada motor Vespa yang mogok, pengendara Vespa lain pasti akan berhenti untuk menolong atau membantu mendorongnya sampai bengkel," tutur Om Benk, dikutip dari Berita Satu, Kamis (13/9).
Nilai Kesabaran di dalam Nilai ToleransiÂ
Di dalam nilai toleransi tersebut ada hal lebih yang bisa ditiru dari para pengendara Vespa yaitu kesabaran, dikutip dari Mojok.co, sifat sabar ini dipengaruhi oleh cara para vespisti (Pecinta Vespa) dalam mengendarai Vespa. Kecepatannya yang tak seberapa, membuat para vespisti terlihat santai, sabar, dan menikmati waktu. Mogok yang terkadang dihadapi juga menjadi cara jitu mengasah kesabaran pengendara Vespa.
Dilihat dari budaya saling sapa dan saling menolong antar sesama pengguna Vespa, hal ini memiliki keterkaitan dengan Activity Orientation 'being' dan budaya kolektivisme. Activity Orientation 'being' merujuk pada ekspresi spontan dalam kepribadian manusia, karena pada saat mereka menyapa atau menolong didasari dengan rasa spontanitas yang ada.Â
Disisi lain, budaya saling tolong-menolong antar sesama pengguna Vespa menggambarkan budaya kolektivisme. Budaya kolektivisme menekankan keanggotaan kelompok, dan ketergantungan individu secara emosional dan fisikal terhadap organisasi. Tidak hanya dengan sesama pengguna Vespa, komunitas ini juga membuktikan mereka mempunyai dampak baik bagi masyarakat, contohnya acara tahunan Vespa Days sejak tahun 2006, yang biasa diadakan di bulan April untuk memperingati hari ulang tahun Vespa, mengundang semua komunitas Vespa Indonesia untuk riding bersama berkeliling kota Jakarta seraya mengunjungi panti asuhan/panti sosial untuk menyumbangkan beberapa kebutuhan pokok mereka.Â