Sejak lahir, manusia memiliki fitrah ketuhanan yang tertanam dalam jiwanya. Dalam dimensi ruhani saya sebut sebagai genetika rabbaniyah, meskipun dalam penyebutannya itu berbeda sesuai dengan budaya dan bahasa masing-masing. Ada yang menamakan Tuhan, Hyang Tunggal, Gusti Pangeran dan seterusnya. Namun berakar pada kesaksian primordial ruh di hadapan Tuhan sebelum dia dilahirkan ke alam dunia.
Sebagaimana Allah berfirman:
Alastubirrabbikum, qaalubalaa syahidna. Artinya: "Bukankah aku Tuhan kalian semua?" lalu seluruh Ruh-pun menjawab: "Ya, benar kami bersaksi." (QS. al A'raf, 172).
Kemudian ketika manusia tumbuh dewasa, akal mulai mencari kebenaran tentang keberadaan Tuhan di balik alam semesta. Dalam pencarian ini, jiwa berperan sebagai pemandu akal, sementara wahyu menjadi petunjuk kebenaran.
Dasarnya, Al-Qur'an Surah Ar-Ra'd ayat 16:
Qul mar rabbus-samwti wal-ardl, qulillh

Artinya,
"Katakan! Siapa yang mengurus langit dan bumi. Maka katakanlah: Allah".
1. Perjalanan Ruhani