Di luar perfilman, anda pasti sudah tahu bahwa paradigma berkaitan dengan hal-hal penelitian atau ilmuwan. Paradigma menjadi sebuah dasar untuk berpikir dalam mengkaji suatu fenomena, budaya hingga sosial.
Dalam ranah perfilman, paradigma memiliki fungsi tersendiri. Paradigma membantu batasan dalam ketika anda menginterpretasi makna atau nilai dari film.
Paradigma menuntun anda untuk berjalan lurus ketika menganalisa fenomena yang paling menonjol dari film.
Paradigma yang digunakan untuk bahasan kali ini adalah paradigma fungsionalisme. Dalam Winda Rahmadai (2017), paradigma fungsionalisme digunakan untuk menggali mitos.
Fungsionalisme memiliki asumsi tentang kehidupan masyarakat dalam aspek sosio-budaya ibarat tubuh manusia. Saling bergantung satu sama lain serta tidak dapat dipisahkan.
Begini kunci utama dari paradigma ini, keberlangsungan dinamika kehidupan aspek sosio-budaya bisa bertahan ketika tiap individu dalam masyarakat menggantungkan diri satu sama lain dan menggunakan fungsinya satu sama lain.
Keteraturan yang terjadi membuat hidup masyarakat berjalan baik.
Maka, ketika ada suatu hal yang merusak tatanan, itu dikatakan sebagai sebuah penyakit.
Pembahasan kali ini, anda akan diberikan suguhan hasil telaah mengenai fenomena yang ada dalam sebuah film.
Ronggeng Dukuh Paruk, Penari Molek Pembawa Kunci Keberlangsungan Hidup Padukuhan Paruh dalam Sang Penari (2011)