Anjing merupakan hewan yang pertama kali didomestikasi oleh manusia (Pemburu-Pengumpul) dari serigala (Clutton-Brock, 1995). Morfologi anjing sangat bervariasi dari ukuran sampai bentuk tubuh, misalnya: anjing Chihuahua (berukuran kecil) dan anjing Great Dane (berukuran besar) sebagai contoh.
Anjing dan manusia berbagi sejumlah sinyal-sinyal sosial dan perilaku untuk berkomunikasi. Sinyal-sinyal tersebut sudah terjadi di awal proses domestikasi (Houpt and Wilis, 2001). Hal ini memberikan tingkah laku atau perilaku anjing memiliki daya tarik tersendiri di mata manusia dibandingkan dengan hewan domestikasi lainnya sehingga anjing menyandang status sebagai "A Man's Best Friend" (Jensen, 2007).
Skabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei (S. scabiei) yang termasuk dalam kelas Arachnida, sub kelas Acari (Acarina), ordo Astigmata, dan famili Sarcoptidae. Beberapa tungau sarcoptid bersifat parasit obligat pada kulit dan mampu menular ke manusia (McCarthy et al., 2004). Skabies merupakan permasalahan kesehatan umum (public health worldwide).
Penelitian dalam aspek biologi S. scabiei dan interaksi parasite-hospes terhambat karena kurangnya menjaga parasit secara in vitro (di dalam laboratorium) dan material parasit. Penelitian mengenai S. scabiei dibutuhkan untuk mencegah (prevent), mendiagnosis (diagnose), dan mengobati (treatment) pada manusia dan hewan (Mounsey et al., 2013).
Wardhana et al. (2006) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa skabies menjadi kendala dalam dunia peternakan dan kesehatan manusia. Lembaga-lembaga terkait harus memberikan perhatian khusus agar penyebarannya tidak semakin luas.
Krebs dan Davies (1993) menyatakan bahwa sama seperti pada kasus predation vs. prey (predator vs. hewan mangsa), interaksi hospes dan parasit memberikan keuntungan pada salah satu pihak (parasit, yaitu S. scabiei) dan kerugian pada pihak lain (hospes, yaitu anjing/hewan domestik/manusia). Hewan domestik (termasuk anjing) sebagai hospes S. scabiei tidak perlu melakukan kontak langsung dengan hewan yang menderita infestasi S. scabiei agar tertular.
S.scabiei mencari sumber stimulus dari hospes ketika tidak menempel pada hospes tetapi masih dalam jangkaunnya. Perilaku ini memfasilitasi S. scabiei untuk mengkontaminasi lingkungan hospes ketika sedang tidak menempel pada hospes. S. scabiei dapat bertahan di tempat tidur (bedding), kandang (instalasi kandang) dan lingkungan hospes (Arlian & Morgan, 2017).
Penelitian masa hidup S. scabiei tanpa hospes menunjukkan S. scabiei var. canis betina dapat bertahan lebih dari satu minggu di lingkungan 15C dan kelembaban relatif di atas 75%. Di lingkungan lebih panas (25 C), S. scabiei var. canis betina dapat bertahan 1-2 hari di berbagai kelembaban. Masa hidup S. scabiei jantan lebih pendek dibandingkan betina.