Mohon tunggu...
M.Aryza Anwar
M.Aryza Anwar Mohon Tunggu... -

saya asal lombok NTB, tinggal di jogja untuk belajar. hingga sekarang menulis untuk zine, zine doelank/majalah jalanan lombok.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada Sebuah Pesta Rakyat

12 April 2013   17:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:18 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kita semua bangsa sasak dan para pendatangyang bermukim di tanah lombok-NTB akan berpestapora semeriah-meriah mungkin, tanpa terkecuali siapa pun dia, bagaimana dan apapun status sosialnya dalam masyarakat, semuanya akan terhibur puas dan menikmatinya secara keterlaluan, mungkin akan terkesan seperti yang telah diceritakan dalam film las stop dan hormones, yaitu sebuah filem yang menampakkan ekspresi kegembiraan perayaan full moon party di thailand.Atau mungkin kita akan terlihat seperti pestanya zaman jahiliah damasa lalu yang sampai mereka mandi-mandian dengan air arak?. Hhaa yoiii

Tahun kemarin 2009, kita merasakan pesta semacam ini, yaitu pesta demokrasi yang paling demokratis. Hhaa sungguh-sungguh terkesan memuaskan, ramai dan benar-benar hidup untuk kita, semua orang, siapapun dia, entah para brandal dijalanan, para santri di pesantren, mahasiswa, plajar, petani, nelayan, ustad, pedangdut, orang kurang waras dan semuanya deh pokoknyaterlibat, semuanya gokil abisss.

Nah sebentar lagi, pesta itu akan menyapa kita di pertengahan tahun ini, pucaknya pada tanggal 15 april 2013, jadi bersabarlah sebentar, semuanya sedang dipersiapkan oleh pemerintahdan dipikir-renungkan oleh orang-orang yang sama pula yang berada di sekeliling kita. Ane, anda dan lingkungan kita sedang diawasi dan dibahas oleh mereka-mereka yang mendanai pesta tahun ini. Mereka sedang fokus memikirkan sekaligus menyiapkan strategi yang tepat agar pesta ini berjalan sukses sesuai harapan mereka masing-masing.

Lihatlah ruang-ruang publik masih seperti biasa, masih belum ada sesuatu yang mengejutkan yang bisa kita tertawai bersama untuk dijadikan hiburan, itu tandanya pesta belum mulai. Besok kelau ruang publik sudah mulai dihiasi dengan berbaagai macam spanduk yang super lebar dengan mengusung kata SUKSESKAN atau MAJUKAN dan ada gambar muka manusianya pula, berarti bersiap-siaplah untuk menikmati serunya party, pesta untuk kita, untuk rakyat.

Bagaimana kita tidak kegirangan dengan pesta ini, sebab hampir setiap hari kita dikasih uang, rokok, sembakau, baju, dan segalanya secara percuma oleh orang-orang yang datang tiba-tiba ke hadapan kita. Persis seperti tingkahnya artis di bulan ramadhan yang tiba-tiba mendatangi orang-orang yang tidur di jalanan untuk memberikan nasi buat sahur. Alangkah dermawannya bro. Yoii

Setiap pesta pasti memiliki tujuan dan maksud tertentu yang harus diperhatikan, ianya itu ialah untuk memilih kepala daerah kita sendiri, baik bupati dan gubernur. Makanya nanti jangan marah banyaknya atribut partai yang terpampang di ruang kita, di tempat duduk, di angkot, di pohon, tiang listrik bahkan di cover alqur’an juga ada. Semuanya itu euforia sebuah party yang paling merakyat agar semua rakyat paling bawah sekalipun dapat tersentuh dengan suasana party.

Pesta tetaplah pesta yang harus menyediakan segalanya untuk hura-hura, ketua kelompok pesta harus menyiapkan segala keinginan para pesertanya atau orang yang diajak pesta agar setiap orang yang diajak pesta tidak cembrut atau mencari kelompok lain yang lebih asik dan penyedia segalanya.

Kemeriahan mulai terasa di setiap kecamatan, sehabis pertemuan dengan ketua atau bos-bos pesta, setiap orang keluar dari surau-surau itu, menghembuskan asap rokok dengan wajah fly, termasuk anedan kawan-kawan ane yang masih bujang. Setiap kantung kami berisi lembaran yang bisa kami gunakan untuk menukar beberapa botol tuak yang kami butuhkan sampai oleng.

Jelaskami yang masih remaja tidak terlalu mendengar omongonnya pak bos, otak kami hanya memikirkan si belahan hati yang sudah kelamaan menunggu di rumahnnya untuk diapelin. Namun dari sekian perbincangan si peneraktir makanan dengan sesepuh-sesepuh warga menghasilkan semacam dil-dilan yang katanya akan membangun jalanan, waduk dan semacamnya. Itu aja yang sempat ane dengar dari telinga ane. Setelah bubaran dari pertemuan, ane langsung cabut ke rumah cewek ane untuk melepas kerinduan yang terlalu lama terpending oleh pertemuan politk yang sedikit saja ane kagak ngerti maksudnya apa. Ketika ane berjumpa dengan belahan hati, ane kasih dia sekotak ruti yang ada gambar partainya, hhaa,,, dia tertaawa dan bilang, kau nyogok aku iya...!!,. elah makan ajaaa,.. sehabis itu ane buka bajunya dikit dan nempelin sticker partai di dadanya. Gkgkggkgk godek.

Terus dan terus seperti itu yang terjadi hampir setiap malam di desa ane, siapa saja yang neraktir dan ngajak pertemuan di surau mana saja, kami akan ikut untuk menjemput rokok dan mungkin uang. Sebab tugas kami sederhana, yaitu tepok tangan dan tertawa-tawa dalam setiap forum pertemuan. Kami tak peduli siapa bosnya, apa partainya dan siapa tim suksesnya, intinya adalah untuk bisa hidup dan kenyang.

Sebenarnya sih, bukan maksud untuk apatis terhadap politik atau tidak mau tahu tengtang apa itu kepala daerah, tugas dan fungsinya, dan siapa colon itu sendiri, tetapi memang beginilah keadaan lingkungan dalam konteks seluas-luasnya. Media local seperti teve, koran, internet samasekali tak hidup di desa ane untuk mendapatkan informasi tentang figur calon, begitu juga dengan radio yang tak mampu memberitakan profil-profil calon, hanya melayani anak-anak abege merekues lagu fovoritnya saja.

Dan juga atas dasar kepala konyol kami yang mengatakan dengan gampang, siapa saja kepala daerah yang terpilih nantinya, toh juga tidak akan memberikan perubahan yang significant terhadap hidup kami dan daerah kami. Inilah yang kami rasakan setiap tahun dan setiap pergantian kepala daerah. Semuanya tetap seperti itu-itu juga.

Jadi setiap pesta demokrasi yang ada akan kami ambil bagian kami masing-masing yang sudah di siapkan oleh bos-bos partai, yaitu mendapatkan rokok, uang, nasi, ruti, dan sebagainya. Termasuk menjudikan calon-calon itu sendiri. Wassalam,...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun