Mohon tunggu...
Dea
Dea Mohon Tunggu... wiraswasta -

Nothing important

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Komentar Pedas Membentuk Kecerdasan Emosi

6 Maret 2011   11:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:01 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1299429322113589934

[caption id="attachment_94638" align="aligncenter" width="680" caption="Ilustrasi dari Google"][/caption]

Emosi sebenarnya merupakan sinyal komunikasi yang berasal dari pikiran bawah sadar.

Setiap emosi mempunyai makna dan tujuan yang sangat spesifik yang sangat bermanfaat bagi diri kita. Namun sayang, tidak banyak orang yang tahu, mau repot-repot untuk mencari tahu, atau benar-benar mengerti makna yang terkandung dalam setiap emosi. Yang terjadi saat ini coba deh lihat di jalan raya, di kantor, di keluarga, termasuk saat kita menerima "komentar pedas" saat tulisan kita dikritik. Orang yang tidak bisa mengkontrol emosi akan mudah gelap mata, dan berfikir irasional, karena secara langsung emosi bisa mempengaruhi logika.

Kompasiana merupakan wadah baik untuk pemula maupun yang sudah prof, untuk menyajikan berbagai bentuk tulisan yang cukup menarik dan enak dibaca yang kadang-kadang dibantu dengan visualisasi gambar yang mudah dimengerti. Apalagi banyak artikel yang menggambarkan seluruh pemahaman dan fenomena secara komprehensif, dilanjutkan dengan  pembangunan mentalitas hingga ketangguhan sosial yang dirangkum secara terintegritas dan sinergis. Hanya sayangnya, tidak semua penulis siap menerima kritikan bila menyangkut berbagai perpektif kehidupan yang diasumsikan bertentangan dengan pola pikir si penulis dan merasa dipojokan oleh si pemberi koment yang sebenarnya merupakan PSYCHOLOGICAL THERAPHY.

Bagi kalangan pemerhati ataupun para ahli dalam bidang jurnalistik, hal ini dapat dijadikan bahan kajian dan INTROPEKSI DIRI sekaligus penawar hati bagi yang emosional guna melicinkan jalan menuju Self-reinvention (Red: penemuan kembali jati diri) bila menghadapi situasi yang kritis. Masukan yang sistematik dan terarah dalam mengembangkan potensi dan bakat-bakat individualnya dapat juga dipadukan dengan modul-modul pelatihan “Quantum Learning” Mengenai Quantum Learning yang pada gilirannya dapat menjadikan seseorang yang tangguh dan low profile.

Setelah melakukan proses pembelajaran dalam pencarian jati diri, lewat pengalaman sehari-hari dan bantuan penulis di kompasiana dengan tidak lupa menambah khasanah ilmu dengan memadukan sejumlah buku-buku ilmiah modern sebagai referensi, maka dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan emosi” memiliki peran yang jauh lebih penting dibandingkan dengan “Kecerdasan otak” (IQ). Kecerdasan otak barulah merupakan syarat minimal untuk meraih keberhasilan, kecerdasan emosilah yang sesungguhnya menghantarkan seseorang menuju puncak prestasi.

Jadi saat kita ingin sukses, kita pasti tidak akan luput dalam berinteraksi dengan sesama orang untuk mencapai tujuan kita. Nah dalam berinteraksi ini kita harus bisa mengontrol atau menempatkan emosi yang tepat  dalam berinteraksi, misal ketika kita berbicara dengan orang yang tersenyum, kita harus ikut tersenyum sebagai reaksi yang tepat, dan kita akan mendapat hasil yang baik, kita akan mendapat hasil yang berlawanan ketika seseorang tersenyum dan kita memberi reaksi marah, yang terjadi komunikasi kita dengan orang tersebut akan terjadi salah arah, atau tidak akan terjadi komunikasi yang baik.

Sebenarnya ada banyak kata yang mewakili emosi. Misalnya sedih, stres, putus asa, kecewa, marah, senang, bahagia, frustrasi, gembira, gelisah, depresi, terluka, iri/dengki, kesepian, rasa bosan, takut, jengkel, khawatir, cemas, rasa bersalah, tersinggung, dendam, sakit hati, rasa tidak mampu, benci, perasaan tidak nyaman, bahagia, tersanjung, cinta, dll, dalam berinteraksi kita harus bisa menemukan lawan yang tepat dari emosi lawan bicara kita untuk mendapat komunikasi yang baik.

Jadi marilah kita tingkatkan kecerdasan emosi kita  dalam menghadapi setiap komentar pedas, yang acap kali menerpa tulisan ataupun counter attack dari komentar yang kita sampaikan.

Jakarta, 06 Maret 2011

--------- Ririn K ---------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun