bekerja sebagai captain banquet membuat saya bertemu banyak orang untuk belajar bagaimana mengulas senyum di bibir mereka karna puas pada konsep yang saya ciptakan.
menyenangkan sekaligus menegangkan
kadang membuat saya lupa kalau seharusnya juga harus ada senyuman terulas di wajah saya. mungkin karna terlalu sibuk dan tidak ada waktu luang.
hobi saya untuk menulispun kurang terasah karna kepadatan pekerjaan saya. sekarang hobi itu ingin sekali saya asah...supaya apa yang saya fikirkan bisa saya tuangkan dan semoga dapat berguna
Akhmad Sekhu lahir di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, besar di "Kota Budaya" Yogyakarta, kini hijrah ke "Kota Gelisah" Jakarta, yang insya Allah dalam hidupnya ingin selalu berkarya. Menulis berupa puisi, cerpen, novel, esai sastra-budaya, resensi buku, artikel arsitektur-kota, kupasan film-musik, telaah tentang televisi di berbagai media massa, juga banyak mengerjakan penulisan buku biografi karier dan kisah kehidupan, kini bekerja sebagai wartawan
Kami adalah sekelompok mahasiswa yang mengatas namakan diri MAKOM (Mahasiswa Korban Mala-Praktik Pendidikan)-ICAS. Kami sedang memperjuangkan nasib studi yang belum jelas.\r\nKami merupakan peserta didik dari kerjasama antara ICAS-Paramadina. Kerjasama putus pada tahun 2008.\r\nSaat ini kami sedang menempuh jalur mediasi melalui LBH Jakarta. Namun masalah tak kunjung surut. Malah beberapa teman kami di D.O dengan alasan yang tidak masuk akal.\r\nAlasan kenapa kami memilih media Kompasiana, karena mayoritas kompasianer lihai dalam menulis dan peduli terhadap pendidikan negeri ini. Kam berharap rekan-rekan Kompasiana membantu dalam bentuk apa pun demi kejelasan nasib pendidikan kami. Kami sebagai insan pendidikan akan bertanggung jawab penuh terhadap akun ini, tidak lebih untuk menyampaikan kepada khalayak tentang masalah mala-praktik pendidikan.