Mohon tunggu...
Geni Astika
Geni Astika Mohon Tunggu... -

Jurnalis Cilik

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Hadapi Demonstran Pasang Badan, Hadapi Korban Jiwa Balik Badan

2 Desember 2014   17:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:15 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan : Rudi Astika

Kapolri Jenderal Polisi Sutarman PALU,-Apapun penyebab tewasnya Muhamad Arif (17) warga Mampang I Makassar Sulawesi Selatan dalam demosntrasi menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersama mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar tempo hari tidak boleh diremehkan dan diabaikan. Riilnya Muhamad Arif alias Ari telah tewas saat aksi unjuk rasa menolak kenaikan BBM dan terkapar di jalan dengan luka bocor dikepala berdasarkan video yang beredar luas di media social. Polri yang dikabarkan siap pasang badan dalam menghadapi protes rakyat, terhadap program pemerintah Jokowi-JK dalam kenaikan harga BBM, justru berbalik badan saat menghadapi korban jiwa atas protes rakyat. "Kalau ada aksi protes, kami yang akan menghadapi masyarakat, tujuan kami adalah untuk kesejahteraan mereka juga," kata Sutarman dikutip Kompas.com dalam Rapat Koordinasi Nasional Kabinet Kerja di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Selasa (4/11/2014). Dan yang menyedihkan lagi adalah pernyataaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena keputusannya yang menaikan harga BBM, Ia malah menganggap tewasnya Ari bukan tanggungjawabnya dan melempar balik ke Polisi, “Itu kan sebenernya urusan di kepolisian,” kata Jokowi dikutip Kabarpolitik.com di Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat (28/11/2014). Kini Ari telah tewas menjadi korban atas kebijakan program kenaikan BBM pemerintah Jokowi-JK, namun tidak ada pernyataan satu pun yang terucap dari perwira Polri, “Kami bertanggungjawab,” apa lagi Jenderal Polisi. Revolusi Mental, janganlah balik badan dalam menhgadapi korban jiwa warga, mulailah lantang mengatakan “Kami bertanggungjawab” bukannya saling sangkal dan lempar tanggungjawab. Jangan karena Ari warga biasa, bukan mahasiswa dan pekerjaanya memungut uang jasa dengan mengatur mobil yang mau melintas, lantas Insiden ini diremehkan dan diabaikan tanpa melakukan pengusutan dan menyeret pelakunya ke pengadilan. Jika kita mencermati tanyangan Video, sekilas muncul dugaan, Arif tewas ditembak dengan senapan gas air mata tepat di kepala bagian belakang kemudian bocor menganga hingga 6 cm. Lalu dia jatuh tersungkur, kemudian melajulah kendaraan water canon mendekati korban yang nyaris melindasnya. Beberapa detik, menyusulah kendaraan lapis baja dibelakangnya seakan mengawal kendaraan water canon yang melaju kencang lebih dulu, dan membawa Arif seakan target sasaran terkunci, kemudian langsung dimasukan ke kendaraan transtis untuk diamankan dan dilarikan ke Rumah sakit. Dugaan kematian Ari sebenarnya cukup kuat sebagaimana kesaksiaan Wandi, mahasiswa UMI Fakultas Ekonomi semester V, Jumat, 28 November 2014 yang dikutip Tribun Timur.com, bahwa tewasnya Ari karena kena tembakan gas air mata di kepala bagian belakang, sehingga bocor, lalu Ia jatuh tersungkur ke aspal, karena berdesakan, mahasiswa yang berada di belakang korban sekitar lima-enam orang menginjaknya. Tidak jauh dari hasil otopsi yang disampaikan Kepala Instalasi Forensik dan Medikolegal RS Wahidin Sudirohusodo, dr Jerny Dase SH SpF M Kes sebagaimana yang dikutip Tribun Timur.com telah menyimpulkan bahwa Ari setelah diotopsi, terdapat 11 luka di bagian kepala, seperti, kepala bagian belakang luka robek,nampak juga jaringan otak keluar, kemudian ada pendarahan di bawah selaput lunak otak dan ditemukan resapan darah di bawah kulit kepala. Kalaupun Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol. Very Abraham, Jumat (28/11/2014) menyatakan,bahwa kematian Arif, diduga kuat karena terinjak-injak warga yang berlarian saat petugas memukul mundur demonstran, bisa jadi benar, tapi terinjak-injaknya Ari bukan penyebab kematian utama. Rasanya kurang masuk akal, jika Ari bersama mahasiswa saat lari dihalau petugas, kemudian Ari jatuh tersungkur membentur aspal sementara kepala belakang yang bocor, bukan kepala bagian depan? Lalu terinjak-injak massa yang hanya sisa 5-6 orang mahasiswa bisa dikatakan sebagai penyebak kematian yang utama? Tapi semua huallah hualam, hanya Tuhan dan Alam semestalah yang tau, yang jelas tidak ada seorangpun aparat kepolisian yang menyatakan bertanggungjawab atas tewasnya Muhamad Arif. Olehnya harus dibentuk Tim Independen untuk menyelidiki dugaan tewasnya Muhamad Arif dalam aksi demonstrasi menolak kenaikan harga BBM, jika ini tidak terungkap dan tidak diseret pelakunya ke pengadilan maka akan menjadi preseden dan kebiasaan buruk aparat dalam setiap mengamankan aksi protes rakyat yang selalu dihadapi dengan kekerasan seperti pemukulan, penganiayaan, penangkapan hingga menghilangkan nyawa warganya sendiri. Jika hal yang demikian dibiarkan dan diabaikan dalam setiap menangani aksi protes warga yang selalu dianggapnya menjadi hal yang biasa, dan lumrah maka sesungguhnya negara dalam keadaan BAHAYA. Selamat jalan Ari, darah juangmu dan jiwa perlawananmu menentang setiap bentuk penindasan dan ketidak adilan, tentu akan tercatat dalam sejarah perlawan, bahwa ternyata rejim Jokowi-JK lebih tunduk pada kehendak modal asing dari pada kehendak rakyatnya sendiri.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun