Selain gelaran Piala Asia 2007, piala Asia 1996 juga memiliki moment indah bagi skuad garuda. Ronny Wabia saat itu berlari kencang mengejar bola di sektor kiri pertahanan Kuwait dalam laga penyisihan Grup A Piala Asia di Stadion Syeikh Zayed, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Rabu (4/12/1996).
Ronny lalu sukses memberikan umpan silang lambung ke kotak penalti Kuwait, bola sukses disambar oleh Widodo Cahyono Putro saat itu. Tendnagan Salto Widodo C. Putro sukses membuat bola meluncur keras ke sudut kiri gawang Kuwait dan berbuah gol pada menit ke-20. Itulah gol perdana "Garuda" dalam debut di Piala Asia 1996 di Uni Emirat Arab (UEA).
Ronny memperbesar keunggulan Indonesia atas Kuwait dalam laga tersebut melalui golnya pada menit ke-41. Kendati demikian, Indonesia gagal memetik kemenangan dalam laga tersebut setelah Kuwait sukses menyamakan kedudukan menjadi 2-2 melalui gol Hani al-Saqer pada menit ke-72 dan penalti Bader al-Halabeej pada menit ke-85.
Gol yang dilesahkan Widodo C. Putro saat itu sukses menjadi gol terbaik Piala Aisa melalui voting di laman Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) yang dilaksanaan pada 22 September 2020, gol Widodo tersebut sukses mengalahkan kreasi gol Abbas Cahrour dari Lebanon ke gawang Irak dalam Piala Asia Lebanon 2000.
Setelah 27 tahun berlalu, Widodo kembali bercerita mengenang gol indahnya itu. "Gol itu dirancang, sih, tidak karena situasional" ujar mantan pemain Warna Agung, Petrokimia Putra, dan Persija Jakarta kurun 1990-2004 ini.
Widodo yang merupakan pemain berposisi sebagai striker kelahiran Cilacap, Jawa Tengah, 8 November 1970 itu, turut menjelaskan bahwa gol yang diciptakan dengan teknik salto tersebut sebenarnya terjadi karena terpaksa. Ronny sebenarnya merupakan pemain dengan spesialisasi kaki kiri, tetapi dalam proses mengirim umpan itu ia bergerak ke sektor kiri sehingga menggunakan kaki kanan.
Bola umpan silang lambung meluncur dengan kecepatan yang pas untuk dieksekusi menggunakan teknik tendangan salto.
Pada laga lanjutan gelaran Piala Asia 1996, Indonesia harus mengakui keunggulan Korea Selatan dengan skor 2-4 dari Korea Selatan, dan harus rela menelan kekalahan dari UEA dengan skor 0-2.
Namun, mencetak empat gol melawan Kuwait---tim tersukses Piala Teluk dan Korea Selatan tim tersukses Piala Asia Timur---memperlihatkan kemampuan Indonesia yang masih didukung sepenuhnya oleh talenta dalam negeri kala itu.
Apa yang diraih Indonesia saat itu, baik di Piala Asia 1996 dan 2007 telah membuktikan bahwa skuad garuda memiliki kemampuan untuk bersaing di pesta sepak bola terakbar Asia. Kunci keberhasilan adalah dengan membangun kekompakan di dalam tim dan jangan rendah diri menghadapi tim-tim terbaik di level kontinental.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H