Mohon tunggu...
Geni Murti
Geni Murti Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Teknik Elektro dan Informatika ITB. Sangat enerjik memiliki minat pada imajinasi tetapi berada di lingkungan "otak kiri". visi saya : "Buat Indonesia memimpin dunia 2030"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Parodi Panggung Demokrasi Saat Ini

15 Desember 2010   15:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:42 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam satu kesempatan presiden sby sering mengatakan “biarlah ini bergulir sesuai rencana karena inilah demokrasi” dalam berbagai kesempatan pihak dari DPR dan Eksekutif pusat selalu mengatakan ini ke dalam media masa, sehingga ini akan sangat mempengaruhi nilai nilai kemurnian kehidupan.

Bicara tentang demokrasi memang tidak ada habisnya yaitu membicarakan tentang kesempurnaannya.Dimana segala sesuatu dipilih berdasarkan kesukaan dan kebanyakan .Tapi kita tinggalkan kecacatan ini.Dalam satu negara Indonesia kita mengenal yang namanya 3 entitas besar yang saling berkaitan erat dalam kehidupan bernegara.Elemen pokok ini adalah media , pemerintahan dan masyarakat .Di dalam suatu negara konstitusi sudah menjadi satu batasan untuk penguasa agar tidak semena mena menggunakan kekuasaannya, artinya ada range of power sehingga di harapkan akan mendapatkan satu pemerintahan yang terbuka akuntable , jujur dan pro rakyat.Akan tetapi dalam satu sistem demokrasi rakyat juga berhak berbicara dengan semua kelemahan – kelemahan pemerintah melalui media atau audiensi langsung.Atau media yang dapat memberikan keterbukaan publik tentang kinerja untuk kemudian di apresiasi oleh masyarakat dengan memberikan tanggapan dengan berbagai macam cara.

Artinya ketika ketiga elemen tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya maka akan terjadi check and balances antar entitas .Kita melihat dewasa ini banyak sekali kasus kasus yang di blow up di media setiap detik setiap menit berita silih berganti seolah menampilkan pertunjukanbodoh dan zalim dari pemerintah dan banyak sekali aktivis , ormas dan LSM yang memberikan tanggapan ,audiensi dan demontrasi setiap hari pula .Tetapi berita begitu cepat berganti sehingga gologan aktivis tersebut menjadi sangat trauma dan cenderung untuk lelah berjuang menyampaikan aspirasi kebenaran , sampai pada tataran menimbulkan distrust kepada masyarakat .Ini juga berbahaya ketika kondisi ini sudah terjadi, masyarakat seperti di bodoh bodohi dengan BBM terjangkau saja tetapi kaum penguasa bersorak sorai gempita di sana.

Dengan kondisi yang terus beranti ini akan menyebabkan banyak efek antara lain,masyarakat tidak bisa mengawal perkembangan dan hanya di biarkan menyentuh tanpa boleh meraba dan membengkokan besi yang bengkok ini.Media masa sebagai sebuah reflesi kritisasi sudah tidak lagi menjadi bagian yang independen bahkan cenderung membuat pemberitaan yang mengada –ada yang penting pak bos suka dan duit yang ngalir jadi banyak.Kritisisime adalah sebuah posisi politik , dan hari ini sudah jarang sekali media yang menempatkannya sebagai sebuah wadah untuk mengawal perpolitikan tersebut justru mengarah pada industrialisasi saja. Secara tidak tertulis pemilik media seharusnya memiliki sebuah tanggung jawab moral dan idealisme untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang kristis dan terbuka sehingga dapat memberikan solusi .Bukan dengan dengan argumen yang lembek dan setengah setengah pada penyampaian atau bahkan sama sekali kandang kadang tidak mengarah pada fakta dan realita, karena sebagian besar pemilik media masa juga “pemain” Indonesia.Contohnya :salah satu stasiun televisi swasta sangat sedikit menampilkan kasus-kasus lapindo brantas karena si empunya adalah pemilik perusahaan yang sama, dan salah satu stasiun televisi swasta malah memblow up gede gedean karena pemiliknya adalah lawan politik yang punya televisi swasta tersebut.Ini menunjukan tidak ada visi yang jelas terhadap semua media masa.Ada hal yang lebih parah lagi ketika KPPI diam saja melihat permasalahan ini , sehingga substansi pendirian kantor berita hanya pada masalah “GEDE”nya uang pelicin tanpa mengkaji ulang tentang substansi atau peranan media dalam kasus seperti ini.

Rakyat yang seharusnya bisa menjadi faktor penentu pengawalan karena dari dan ke merekalah kebijakan akan langsung berimbas.Tujuan awal di bentuk pemerintahan adalah agar mereka bisa membawa rakyat pada kesejahteraan .Di saat pemerintah yang serba nyeleweng seperti parodi di panggung politik hari ini menjadi sangat lucu.Pak beye yang katanya kita demokratis – demokratis tapi nyatanya kalau ada aspirasi dari sebagian besar rakyat indonesia malah tidak pernah di agendakan di rapatnya atau bahkan di gubris sedikitpun , ini terjadi hampir di semua koridor pemerintahan mulai dari pusat sampai daerah.

Apa yang di bilang sebagai sebuah nilai demokrasi yang murni ini hari ni sudah tidak ada lagi dan omong kosong belaka atau bahkan berkatergori ngibul.Pemerintah dan media sudah kongkalikong membodohi masyarakat dengan menampilkan suatu capaian-capaian yang belum tentu ada faktanya. Mari harus kita sadari untuk semua pihak , kita punya peranan dan kepentingan masing –masing tetapi jangan mengurangi tujuan awal kita sebagai sebuah anggota entitas negara yang harus menggerakkan bangsa ini pula

GENI ISNO MURTI

Presiden BEM KBM Politeknik Telkom

Mail:geni_tower@yahoo.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun