Mohon tunggu...
Gene W Widjaja
Gene W Widjaja Mohon Tunggu... Konsultan - Property Marketing Development | Green, Ecology and healthy Lifestyle

Profesional properti konsultan dengan pengalaman lebih dari 25 tahun dalam perencanaan, pengembangan/pengelolaan kawasan baik resort dan residensial, serta pemasaran properti. Juga aktif dalam edukasi, dunia kesehatan, komunitas olahraga, pola hidup sehat.

Selanjutnya

Tutup

Money

Bisnis Setelah New Normal? Kita Harus Bagaimana?

27 Mei 2020   10:00 Diperbarui: 7 Juni 2020   00:55 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa pandemi Covid-19, sulit berakhir, masalahnya satu, bahwa kita masih harus berjuang demi roda ekonomi pribadi masing-masing bisa berputar. Meskipun kita tau kuncinya adalah disiplin pribadi.

Ya memang antagonis, antara 'harusnya' dan 'tetap harus'... ini menjadi peer baru yang harus dipikirkan pemerintah, pelaku bisnis, organisasi bisnis, komunitas dan pribadi kita masing-masing. Maka munculkan istilah "New normal", sebagai karakteristik baru ekuilibrium perilaku sosial-ekonomi, sebuah tatanan yang mau tidak mau dijalankan untuk tetap bisa kegiatan sehari-hari berjalan, belajar, bisnis, kerja, pelayanan sosial, dsb.

Sebenarnya, apa hakekatnya kaitan dunia bisnis?

Munculnya generasi-generasi baru pesaing, atau penantang di market global. Pasar atas pelanggan-pelanggan baru, dengan perilaku belanja baru inilah yang akan sangat diperebutkan, dan akan menjadi salah satu peluang pertumbuhan bisnis/perusahaan di masa depan. Beberapa tantangan yang harus dihadapi para pebisnis/manajer atau siapapun di tahun-tahun mendatang adalah menentukan, membantu membuatkan skenario, dan membuat perhitungan- perhitungan strategi yang matang, yang mana akan membantu memenuhi tantangan itu.

Beberapa artikel saya pernah baca, bahkan mengatakan negara-negara Asia khususnya asia tenggara, Amerika Latin, dan Eropa Timur yang sebelumnya hanya dipandang sebagai sumber tenaga kerja murah, muncul sebagai pasar yang signifikan dan dilirik karena memiliki ratusan juta konsumen baru, dan menjadi target pasar yang potensial, dimana, merka adalah pasar yang sedang naik ke kelas menengah.

Liberalisasi bisnis, dimana ekonomi dunia, dan kecepatan luar biasa di China dan India telah tumbuh memberikan bukti atas kontribusi yang signifikan terhadap tahun-tahun meledaknya bisnis saat pra-resesi. Berkat meningkatnya permintaan dan produksi global, banyak perusahaan mencapai tingkat profitabilitas yang tinggi. Mereka memiliki keuntungan karena berbasis di pasar yang tumbuh cepat secara komparatif yang belum pernah mengalami kerusakan yang sama seperti kebanyakan negara maju. 

Dengan memanfaatkan keunggulan biaya dan kemampuan teknologi yang berkembang, para penantang global ini akan meningkatkan tekanan kompetitif yang mereka berikan pada merek-merek mapan. 

Globalisasi akan merubah akan mengharuskan pebisnis memikirkan kembali seluruh pendekatan mereka terhadap bisnis, dari penelitian dan pengembangan dan desain produk hingga manufaktur, penjualan, pemasaran, perpajakan, distribusi dan bahkan hubungan pemerintah berkaitan regulasi yang ditetapkan.


Pola pikir cepat tanggap, yang mampu merespons tantangan pasar global yang cepat berubah perlu dikembangkan.

Siapkah, para pengusaha kita? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun