Mohon tunggu...
Generasi 19 60
Generasi 19 60 Mohon Tunggu... -

Generasi 1960

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makna dari KPK vs POLRI dan Kejaksaan

3 November 2009   11:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:27 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore ini ketika pulang dari warnet teman, aku langsung menuju rumah tanpa mampir-mampir lagi. Butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai dikediaman yang tercinta, bertemu dengan orang tua dan adik-adik yang tercinta.

Yups, tepat pukul 15.10 menit aku tiba dirumah. Aku langsung meluncur ke depan televisi. Menekan tombol power dengan begitu semangat. Kemudian, kutekan tombol power di remote. Hmmm, ternyata ketika televisi telah hidup, ada pembahasan menarik tentang kasus yang terjadi antara KPK vs POLRI.

Oh ya, aku lupa kalau hari ini ada sidang di Mahkamah Konstitusi membahas tentang transkrip rekaman antara Anggodo dengan orang-orang yang diduga terlibat dalam kasus penahanan Bibit Samad dan Chandra Hamzah.

Kegiatanku menonton Upin dan Ipin seperti biasanya menjadi terganggu. Aku tidak konsentrasi menyaksikan tayangan Upin dan Ipin. Konsentrasiku terganggu dengan tayangan rekaman pembicaraan tersebut. Akhirnya aku putuskan untuk menonton tayangan tersebut sebentar saja.

Tampak disana Bapak Adnan Buyung Nasution, Komarudin Hidayat dari Tim Pencari Fakta. Taufik Bastari, Pak Bambang, dan Ahmad Rivai yang merupakan bagian tim pengacara Bibit Samad dan Chandra Hamzah. Setelah sekitar 15 menit, akhirnya aku pun bosan menyaksikan tayangan tersebut. Aku putuskan untuk menonton Kera Sakti yang justru lebih banyak manfaatnya daripada menyaksikan tayangan tersebut.

Seperti tulisan aku yang lalu, rakyat bangsa kita ini sudah sedikit sekali yang jujur. Kebanyakan dari rakyat bangsa ini bisanya hanya berbohong dan omong doang. Oleh karena itu, mulai saat ini mari kita biasakan untuk hidup jujur walaupun terasa pahit. Terutama buat para pejabat negeri ini, ditangan andalah nasib bangsa ini. Kalau anda tidak jujur, maka bagaimana dengan nasib kami sebagai rakyat Indonesia.

Jika kita tidak jujur, maka akan terasa malu dan sangat tidak bergunanya kita jika kebohongan yang telah kita lakukan tersebut diketahui oleh orang lain. Orang akan susah sekali untuk menerima kebenaran yang kita katakan, walaupun yang kita katakan itu benar.

Sekaranglah momentumnya bagi kita semua. Baik itu pejabat, pemimpin perusahaan, karyawan, ataupun rakyat biasa untuk jujur. Kita sudah bosan hidup dalam kebohongan yang ternyata menyusahkan kita semua. Percayalah jika kita jujur maka negeri ini akan adil, sejahtera, madani, serta bermartabat sehingga bangsa kita bisa bangkit dan bisa menjadi pemimpin bagi bangsa-bangsa lain.

Percayalah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun