Mohon tunggu...
Pitoresmi Pujiningsih
Pitoresmi Pujiningsih Mohon Tunggu... -

In Caffeine We Trust!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sing!

5 Desember 2012   11:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:09 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sing with your head up, with your eyes closed. Not because you love the song, [but] because you love to sing - Copeland, You Love to Sing

Suka nyanyi? Saya suka. Apalagi di kamar mandi pas orang-orang nggak ada di rumah. Saya bisa konser sealbum tuh. Mandinya sih cepet, paling lima sampai sepuluh menit. Tapi kalau saya sedang hype pengen nyanyi ya dilama-lamain. Karena sensasi nyanyi di rumah keong semacam Opera House memang cuma bisa didapat di kamar mandi, tempat bergema yang memperbagus suara saya. Tapi sejarah nyanyi saya nggak bagus-bagus banget sih. Kelas satu SD sempat ngendon di Bina Vokalia ikut children’s choir. Kemudian naik pangkat jadi solis, konser di acara tujuhbelasan atau event bertema anak-anak. Cuma setahun karena bosan. SMP (atau kelas 1 SMA ya? Saya lupa) sempat ikutan festival Log Zhelebour bareng band-band-an komplek perumahan. Bawain satu lagu doang, Green Tinted Sixties’ Mine-nya Mr. BIG. Jadi vokalis perempuan sendiri dan paling kecil sendiri, plus paling cupu diantara deretan grup band cowok-cowok gondrong dan keren-keren. Lalu lepas SMA saya jadi pendiam, malas ikut band-band-an lagi karena sudah mulai serius menjalani hidup. Percaya saya serius? Hah! Tapi saya nggak lupa rasanya demam panggung sebelum tampil dan merinding disko melihat penonton. Saya ingat betul bagaimana ndredheg-nya saya bernyanyi Bunga Nusa Indah dengan iringan piano almarhum Pranadjaja (yang waktu itu masih segar-bugar), sendirian, ketika rombongan kami sowan ke sana. Atau ketika gerombolan mas-mas gondrong di bawah panggung lonjak-lonjak ikutan suara saya dan cabikan gitar Mas Agung. It was… AWE-EFFING-SOME! Saya nggak ngoyo ngejar karir di bidang musik-musikan. Toh saya tahu diri kemampuan saya nggak bagus-bagus banget. Nyanyi-nyanyian pun saya lakukan karena saya suka, bukan karena saya mau ngejar merinding disko tampil di depan penonton. Makanya saya salut berat sama orang-orang yang kaffah di bidang ini. [caption id="attachment_227726" align="aligncenter" width="300" caption="Kru Bakmi Roxy yang rajin bekerja"][/caption] Lalu suatu malam saya kangen makan yamin enak di jalan Radiodalam. Bakmi Roxy. Dari arah Blok M ke Pondok Indah, gerobaknya bisa kamu temukan di sebelah kanan jalan, di pelataran Pet Groove—salon guguk langganannya Topaz, husky tetangga—di seberangnya ada Apotik K 24 dan showroom Rhys Autoshow (yang tiap minggu majang Hummer gonta-ganti warnanya. Blah!). Kalau saya galau dan keuangan sedang normal biasanya saya ke sini. Saya lumayan kenal baik dengan kru-nya karena gerobak mereka pernah dititip di halaman kos saya yang seluas lapangan bola dan penuh tanaman. Basa-basi ngobrol sebentar, saya lalu duduk manis menunggu pesanan. Seperti biasa, ada band akustik mini yang nongkrong di depan rolling door Pet Groove menghadap orang-orang yang sedang makan malam. Biasanya saya nggak terlalu merhatiin karena regular yang tampil di situ solo show pengamen bermuka jutek yang lagunya juga nggak enak dan selalu melengos di depan saya. Tapi kali ini beda. Ada tiga mas-mas lumayan unyu. Dua bergitar dan satu lagi menduduki bangku tabok yang berfungsi sebagai drum pengawal tempo (belakangan saya baru tahu namanya cajoon. Hihi). Satu hal yang membuat saya akhirnya harus mengangkat kepala dari yamin lezat mengepul adalah… mereka bawain lagu-lagu britpop! Dan suaranyaaa! Mereka bermain seperti tidak ada orang yang melihat. Mereka bermain karena suka bermusik, suka bernyanyi. Saya yakin mas-mas itu bukan pengamen sembarangan, dilihat dari pilihan lagu-lagu dan pembawaan mereka. Dua gitaris itu memiliki vokal mantap dengan vibrasi enak nggak lebay. Lengkingannya juga bersih, jernih, dan “laki” banget. Thom Yorke nggak bakal berjengit aneh deh dengerin mereka bawa High and Dry-nya. Serius! Tahu peribahasa “curiosity kills a cat”? Nah, curiosity itu yang membawa saya ngobrol dengan mas-mas-lumayan-unyu tersebut. Benar dugaan saya. Mereka biasa ngisi di salah satu kafe di Kemang atau untuk ngerame-ramein acara semacam launching webstore. Kalau mereka lagi lowong, baru mereka main di Bakmi Roxy itu. Oh, nama band-nya adalah Second Soul. [caption id="attachment_227728" align="aligncenter" width="420" caption="Kiri ke kanan: Muan, Chris dan Tedy. See? Lumayan unyu kan?!"]

13547058891890621916
13547058891890621916
[/caption]

Chris yang pegang melodi dan Muan di bangku tabok ternyata punya latarbelakang hardcore. Sementara Tedy di rhythm sering membawakan punk. Tedy dan Chris juga ternyata teman masa kecil dan kembali bertemu ketika mereka sekampus di BSI. Jadilah, mereka cari duit bikin band karena Tedy kadung jatuh cinta dengan Britpop dan teman-temannya setuju. Tahu nggak yang lebih menyenangkan ngobrol sama mereka? Chris, Tedy dan Muan ini low profile sekali! Obrolan kami seru, penuh cekikikan. Lalu sambil malu-malu, Tedy si kriwil cerita bahwa band mereka sudah sempat dibikinkan profile-nya dan tayang di salah satu TV swasta nasional! Gokil kan?! Awalnya karena ada pelanggan Bakmi yang suka sama penampilan mereka, yang ternyata adalah produser acara itu. Jadi lah mereka dibuntuti kamera beberapa minggu kemudian. Nggak cuma itu. Ternyata saya bukan orang pertama yang ngobrol karena tertarik dengan penampilan mereka. Meskipun saya nggak tahu jumlah persisnya berapa, tapi mereka memang lumayan punya penggemar. Di beberapa kali kesempatan mereka beristirahat, Tedy dan Chris membalas BBM maupun SMS dari fans. Dua minggu setelah saya ngobrol, suatu malam ada pesan pendek dari Chris yang minta tolong dicarikan bassist. Mereka kepingin serius ternyata, dan bassist yang dicari harus mau diajak susah dulu untuk merintis jalan ke kengetopan. Dan saya juga senang karena beberapa kali mas-mas kru Bakmi Roxy ini bersenandung lagu-lagu yang sedang dibawakan Second Soul sambil mengelap meja atau mengantarkan pesanan pelanggan. Ambience makan menyenangkan “dapet” banget di sini. Dan menurut artikel yang saya baca di sini, ternyata mendengarkan musik bagus itu meningkatkan kadar dopamin di otak. Apa tuh dopamin? Itu adalah semacam neurotransmitter yang membantu mengontrol pusat kesenangan dan kepuasan. Zat ini juga membantu mengatur tindakan dan tanggapan emosional yang membuat kita merespon dan mengambil tindakan terhadap penghargaan. Pokoknya penting banget deh. Dan bayangkan. Musik bagus, makanan enak, dopamin berkuasa. Jangan heran kalau selama Second Soul main omzet Bakmi Roxy meningkat! [caption id="attachment_227729" align="aligncenter" width="540" caption="Gambar nyomot dari http://www.jajalable.com/2010/12/bakmi-roxy.html"]

13547062391734046244
13547062391734046244
[/caption] Tertarik dengan Second Soul dan mau mereka main di event kalian? Silakan kontak Chris yang merangkap jadi manager di 021 9128 6201. Serius, nggak bakalan rugi liat penampilan mereka yang suka bermusik. Hey, Second Soul. Jangan berubah untuk selalu ramah! Kudos! Ps. Bukan posting berbayar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun