A. Pendahuluan
Secara etimologi, kata akidah (Aqidah) berasal dari bahasa Arab yang akar
katanya 'ayn, qaf, dan dal yang membentuk kata al-'aqd yang mempunyai arti
menghimpun atau memadukan. Dalam kamus Al-munjid bahwa kata aqidah berarti
ikatan, janji, atau gagap (lidah). Secara terminologi akidah adalah kepercayaan yang
dianut oleh orang-orang beriman atau tali yang mengkokohkan hubungan orang-orang
beriman dengan Allah SWT.
Akidah itu harus ditanamkan didalam diri sendiri sampai mengakar di hati
sehingga kita mempunyai ikatan yang kuat dengan Allah SWT. Didalam surah Al-
baqarah ayat 256 akidah digambarkan sebagai iman dan iman digambarkan sebagai
tali yang sangat kuat. Seseorang yang beriman kepada Allah SWT pasti mempunyai
dasar akidah yang kuat.Â
B. Pembahasan
1. Hubungan akidah dengan akhlak dalam Islam
Didalam Islam tentu saja akidah dan akhlak mempuyai hubungan dan
keterkaian sangat yang kuat, karena didalam Islam mempunyai dua bagian,
yaitu keyakinan dan peruatan. Keyakinan yaitu berupa akidah dan perbuatan
yaitu berupa akhlak. Akidah itu sifatnya mengikat, ada tiga unsur yang diikat
oleh akidah yaitu pikiran, perasaan, dan ruhani.
Didalam Islam mempunyai kalimat tauhid yaitu la ilaha illa Allah
(tiada tuhan selain Allah) yang menuntun akidah seorang muslim. Seorang
muslim yang dituntun oleh kalimat tauhid pastinya mempunyai akidah yang
kuat yang menuntunnya mempunyai akhlak yang baik. Dalam kehidupan
sehari-hari akidah dan akhlak mempunyai peranan penting untuk menjalani
kehidupan.
Akidah mempunyai tiga tingkatan yaitu kuat, longgar, dan putus. Jika
kita mempunyai akidah yang kuat maka kita mempunyai keyakinan yang kuat
kepada Allah SWT. Jika kita mempunyai akidah yang longgar maka kita akan
terkena dampak-dampaknya, diantara dampak-dampaknya, yaitu hedonisme
(kesenangan dan kepuasan tujuan utama dalam hidup), sekuler (perilaku yang
mengesampingkan agama), skeptis (perilaku yang ragu-ragu terhadap suatu
hal), dan matrealis (mementingkan harta dan benda sebagai nilai kesuksesan).
Jika akidahnya sudah terputus maka akan menimbulkan sikap ateisme, yaitu
tidak percaya kepada tuhan lagi. Maka perlu bagi kita mempunyai akidah yang
kuat agar kita bisa menjadi pribadi yang baik dan tidak terombang-ambing
dalam kehidupan.
Hubungan antara akidah dan akhlak adalah hubungan yang memiliki
keyakinan dan perbuatan serta hubungan iman dan amal saleh. Hubungan
antara iman dan amal saleh itu di ulang sebanyak 43x didalam Al-qur'an,
diantaranya, a). Q.S. At-Tin ayat 4-6 (b). Q.S. Al-Asr ayat 1-3 (c) Q.S. Al-
Baqarah ayat 82 (d) Q.S Ali 'Imran ayat 57 (e) Q.S Yunus ayat 9. Beberapa
ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa keyakinan merupakan landasan
seseorang melakukan perbuatan sesuatu. Perbuatan taat kita kepada Allah
SWT dan Rasul-Nya mendatangkan kemaslahatan dan kedamaian bagi antar
sesama manusia.
2. Akidah penyangga kepribadian muslim
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa akidah merupakan penyangga dalam
kehidupan kita sehari-hari. Di atas landasan akidah itulah aklak dan
kepribadian seorang muslim berdiri tegak. Akidah yang tertanam didalam diri
dengan kuat memiliki tujuan hidup yang jelas, keteguhan hati, tidak putus asa,
istikamah, dan mampu mengendalikan diri dalam menghadapi berbagai
tantangan yang dapat menggoyahkan pendirian muslim
a) Memiliki tujuan hidup yang jelas
Tujuan hidup merupakan unsur penting yang mengarahkan
seseorang dalam bekerja, membangun etos kerja, memilih pekerjaan,
dan mengisi kehidupan pribadi dan sosial. Didalam Al-Qur'an ada dua
modelan manusia memiliki tujuan hidup, yang pertama ditentukan oleh
keyakinan atau akidah, yaitu manusia yang mencari kehidupan di dunia
dan kehidupan di akhirat, yang kedua ditentukan oleh doa nya, yaitu
seseorag yang bertujuan sesuai doa nya yang ia panjatkan kepada
Tuhannya.
Seorang muslim yang berlandaskan akidah dan iman yang kuat
dalam hidupnya pasti menjadi kepribadian muslim yang mantap,
memiliki tujuan yang jelas, hidup yang tercerahkan dengan ajaran
Allah SWT dan lain-lain. Muslim sejati pasti mempunyai akidah yang
kuat terhadap Allah SWT sehingga menimbulkan bahwa setiap
usahanya yang ia lakukan pasti ada hasilnya dan hasilnya itu
merupakan dari Allah SWT.
Setiap tujuan hidup memiliki fungsi yang strategis dalam hidup
dan kehidupan manusia. Tujuan hidup seorang muslim yang jelas yaitu
mencari kualtias hidup yang baik di dunia dan di akhirat serta mencari
keridaan Allah SWT. Tujuan hidup yang berkualitas memiliki arti
penting, ia berkerja atau melakukan apapun itu didasari dengan
mencari rida Allah SWT.
b) Keteguhan hati
Keteguhan hati merupakan sifat seorang muslim yang beriman.
Manusia yang memiliki keteguhan hati, memiliki orientasi kualitas
hidup yang tersusun dan terprogram. Manusia yang memiliki
keteguhan hati pasti berada di jalan yang benar dan kuat imannya
dalam menghadapi berbagai rintangan dan masalah. Manusia yang
memiliki keteguhan hati itu seperti batu karang didalam lautan,
meskipun banyak ombak yang menerjang batu karang akan tetap
kokoh.
Keteguhan hati merupakan modal utama kita untuk kehidupan
di akhirat kelak. Oleh karena itu, kehidupan ini jangan dikotori dengan
perbuatan-perbuatan yang melanggar perintah Allah SWT. Orang yang
memiliki sikap warak, yaitu sikap yang berhatihati dalam berlangkah
dan merupakan suatu langkah untuk mencapai kesucian hati.
Keteguhan hati merupakan sifat yang harus dimiliki setiap
orang Islam, karena sifat ini menyadari bahwa setiap perlakuan kita itu
dilihat oleh Allah SWT. Baik dan buruknya kita lakukan itu pasti
dilihat oleh Allah SWT. Menjadi pribadi yang memiliki keteguhan hati
pasti didasari oleh akidah yang kuat.
c) Tidak Putus Asa
Orang-orang yang berima kepada Allah SWT pasti dia tidak
akan berputus asa, karena ia memiliki keyakinan pasti setiap kegagalan
mempunyai hikmahnya masing-masing. Didalam Al-Qur'an berputus
asa adalah karakter manusia yang kufur yang menempuh jalan hidup
yang sesat. Jiwa orang yang selalu tidak putus asa pasti tenang dan
hidup mereka memiliki ketenangan dalam menjalani kehidupan yang
singkat ini.
Allah SWT menciptakan asa pada diri setiap manusia agar
selalu bisa keluar dari segala kesulitan yang ada. Manusia yang
berputus asa adalah manusia yang kehilangan harapan agar bisa sukses.
Asa merupakan kekuatan yang menyangga kehidupan kita sehari-hari.
Muslim yang mempunyai asa yang tinggi pasti akan menjadi
orang yang sukses di masa depan kelak. Orang yang mudah berputus
asa maka dia akan cepat gagal dalam kehidupannya. Jadilah manusia
yang selalu optimis dengan dirinya dan percaya akan bantuan Allah
SWT.
d) Istikamah
Istikamah merupakan usaha untuk selalu menjaga perbuatan
baik dijalan Allah SWT secara konsisten dan tidak berubah. Seorang
muslim yang memiliki landasan akidah yang kuat dan berkerja dengan
kekuatan Allah SWT, memiliki modal untuk menjadi pribadi yang
istikamah.
Sikap istikamah ini sangat dianjurkan sekali agar mencapai
suatu kesuksesan yang ingi dicapai. Istikamah ini tidak mengenal
waktu dan tempat, istikamah dilakukan bebas dimana saja dan
kapanpun. Menjadi pribadi yang mempunyai akidah yang kuat, kita
harus senantiasa beristikamah di jalan Allah SWT.
Sikap istikamah ini bisa juga dikatakan dengan konsisten.
konsisten ini melahirkan mental baja, kuat, dan kokoh, yakni tidak
goyah dan tidak mudah menyerah kepada keadaan dan tidak putus asa
dalam keadaan sulit. Konsisten dapat melahirkan kesuksesan di masa
yang akan datang.
e) Pengendalian Diri
Pengendalian diri merupakan mekanisme menjaga
keberlangsungan hidup dengan memprediksi segala resiko yang
membahayakan agar terhindar dari kerugian. Muslim yang baik
sejatinya bisa mengendalikan diri dalam keadaan emosi atau marah.
Wajib bagi setiap manusia harus bisa menjaga dirinya agar tidak
terjerumus ke hal-hal yang tidak baik karena lepasnya pengendalian
diri ini.
Al-Qur'memandang bahwa mengendalikan diri harus
didasarkan atas dasar muraqobah, yakni kesadaran bahwa Allah SWT
hadir dan menyaksikan pelak-pelik kehidupan manusia, terutama
merasa takut atas hukuman Allah SWT di akhirat kelak. Setiap
manusia memiliki nafsunya masing-masing, yang mana nafsu ini harus
bisa dikendalikan semaksimal mungkin agar kita selalu berada di jalan
kebenaran.
3. Proses Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Melalui Penguatan Akidah
Proses internalisasi adalah penanaman nilai-nilai dan norma-norma ke
dalam diri seseorang, sehingga nilai-nilai tersebut dapat dihayati dan dikuasai
secara mendalam. Proses ini merupakan hal yang cukup sulit, karena kita
harus bisa menanamkan nilai-nilai akhlak didalam diri kita lalu kita
melakukannya didalam kehidupan sehari-hari. Proses ini bisa dilakukan
dengan sepenuh hati agar bisa terlaksanakan.
Proses internalisasi harus didasari dengan Al-Qur'an dan Hadits agar
selalu diridai oleh Allah SWT. Adapun proses internalisasi terbagi menjadi
tiga, diantaranya sebagai berikut;
1. Beriman dan tidak mengeluh saat tertimpa musibah
2. Beriman dan berkomitmen menjauhi akhlak tercela
3. Beriman dan senantiasa berantusias terhadap hal-hal baik
Jika ketiga nya sudah dilakukan, maka proses internalisasi kita
terhadap akhlak-akhlak melalui penguatan akidah kita sudah bisa dikatakan
berhasil.
C. Kesimpulan
Akidah merupakan dasar landasa setiap umat Islam. Akidah dan akhlak
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena akidah dan akhlak merupakan
satu kesatuan yang utuh. Akidah merupakan pokok ajaran yang kita lakukan
agar menjadi pribadi yang mempunyai akhlak-akhlak terpuji dan sesuai
dengan ajaran Islam.
Akidah juga merupakan penyangga dalam berkehidupa, Karena akidah
harus kuat agar kita tidak terombang-ambing didalam kehidupan. Mempunyai
keyakinan yang kuat itu car akita agar bisa istikamah di jalan Allah SWT.
Sudah banyak mempelajari tentang akidah dan akhlak yang benar, lalu
perlu kita amalkan didalam kehidupan sehari-hari agar menjadi muslim yang
baik. Proses ini dinamakan proses internalisasi. Kita jadikan akidah dan akhlak
ini sebagai landasan dan pondasi bagi kita.
Penulis; Gendis Ayu Lestari
Dosen Pengampu; Dr, Hamidullah Mahmud, M.A
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H