Pada 18-19 Januari 2023, Bank Indonesia mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia. Dalam rapat tersebut, Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,75%, suku bunga Deposit Facility menjadi 5,00%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,50%. Keputusan ini merupakan suatu langkah lanjutan guna memastikan penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan. Bank Indonesia meyakini bahwa dengan kenaikan BI7DRR menjadi 5,75% ini dapat memastikan inflasi inti tetap berada pada kisaran 3,01% di semester I 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada sasaran 3,01% di semester II 2023.
Keputusan kenaikan suku bunga ini merupakan langkah lanjutan guna secara front loaded, pre-emptive, dan forward looking memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan. Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor dikuatkan melalui operasi moneter valas, termasuk implementasi instrumen berupa Term Deposit (TD) valas dari Devisa Hasil Ekspor (DHE) sesuai dengan mekanisme pasar.Â
Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan juga mitra strategis melalui penguatan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. Koordinasi kebijakan antara Bank Indonesia dengan kebijakan pemerintah dan Komisi Stabilisasi Sistem Keuangan terus diperkuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sektor keuangan, mendorong kredit/pembiayaan bisnis.
Konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat lebih cepat seiring dengan meningkatnya mobilitas sosial pasca dihapuskannya Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat. Ekspor diperkirakan tumbuh lebih lambat akibat perlambatan ekonomi global, meskipun akan dimoderasi oleh permintaan dari Tiongkok. Sementara itu, secara spasial, pertumbuhan ekonomi diperkirakan kuat di seluruh wilayah sejalan dengan membaiknya permintaan domestik.Â
Pada tahun 2023, NPI diperkirakan akan tetap terjaga baik dengan transaksi berjalan tetap berada pada kisaran surplus 0,4% hingga defisit 0,4% PDB. Sementara itu, neraca transaksi modal dan finansial diperkirakan akan surplus karena masuknya modal asing dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan investasi portofolio dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional.
Bank Indonesia akan terus memperkuat respons kebijakan moneter, serta terus berkoordinasi dengan Pemerintah untuk memastikan inflasi dapat diminimalkan dan dikendalikan. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan dukungan likuiditas Bank Indonesia. Ke depannya, Bank Indonesia akan terus memastikan tercukupinya likuiditas untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional dengan senantiasa menjaga stabilitas.
 Pada tahun 2023, Bank Indonesia tentunya akan terus mengembangkan inovasi dalam sistem pembayaran dan memastikan ketersediaan uang Rupiah dengan kualitas yang terjaga di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), termasuk juga melalui perluasan untuk mendistribusikan uang Rupiah layak edar ke wilayah Terluar, Terdepan, dan Terpencil (3T).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H