Miris.
Itu yang saya rasakan ketika mengetahui ternyata dua orang anak SMP kira-kira kelas 1 yang sejak saya masuk bilik warnet (sekitar pukul 16.00 tanggal 18 juni 2010) grasak-grusuk tak karuan sedang melakukan perbuatan yang tak senonoh.
Ketika saya datang mereka tersontak kaget karena kebetulan bilikknya hanya setinggi bahu orang dewasa (tinggi saya 175 cm-an) dan memperbaiki posisi duduk masing-masing. Awalnya tak ada kecurigaan sama sekali tapi akhirnya timbul rasa penasaran, kog air muka mereka seperti orang yang takut ketahuan sedang melakukan sesuatu yang tak baik ya? Begitu duduk, dan menyalakan billing, dari box tempat mereka terdengar “grasak-grusuk”, kebetulan letaknya di paling pojok dinding dan saya berada di sebelah kanan mereka, karena headset yang saya pakai untuk mendengarkan musik sembari meng-update blog belum mengeluarkan bunyi, secara otomatis “grasak-grusuk” itu sangat mengganggu. Alhasil, saya berinisiatif untuk mengetok dinding pembatas bilik warung internet yang kebetulan terbuat dari papan dengan harapan mereka berhenti “grasak-grusuk” dan diam. Tetapi, tak lama berselang “grasak-grusuk” yang mencurigakan dan mengundang rasa penasaran itu terdengar lagi bahkan sekarang disertai bergetarnya dinding pembatas bilik.
Nah,
kebetulan saat itu sedang ada petugas kebersihan warnet yang melakukan tugas rutinnya untuk membersihkan bilik-bilik warnet yang kosong, dan mungkin memang sudah mencurigai kedua anak tesebut.
Sesekali si bocah perempuan keluar bilik sambil sedikit memperbaiki bajunya dan melihat-lihat keadaan sekitar dengan penuh selidik, termasuk ke arah saya yang berada tepat di sebelah kanan mereka, dan saya hanya membalas dengan pandangan penuh selidik. Ingin menegur, tapi karena takut salah dan malah berujung pada pelanggaran privasi mereka dalam mengakses informasi, niat itu saya batalkan.
Kemudian dia kembali masuk ke biliknya dan skali lagi “grasak-grusuk” tak karuan dan kali ini kesabaran saya mulai hilang sehingga saya memutuskan untuk berdiri dengan tujuan mengecek aktifitas apa yang mereka lakukan sampai “grasak-grusuk” beberapa kali dan betapa terkejutnya saya ketika melihat layar monitornya sedang menayangkan situs yang tak seharusnya dibuka atau diakses oleh anak kelas 1 smp (you know lah) karena memang desain biliknya mengharuskan saya hanya bisa melihat ke arah monitor. dan saya berdehem beberapa kali dengan maksud agar mereka tidak “grasak grusuk” lagi. Tapi mungkin karena nafsu birahi udah di ubun-ubun, grasak-grusuknya makin tak karuan, hingga akhirnya suara saya keluar juga untuk menegur mereka dengan tujuan agar mereka berhenti yang tentunya saya lakukan dari bilik dimana saya duduk tanpa menoleh apalagi menyamperi mereke karena rasa iba saya yang khawatir membuat mereka salah tingkah yang berujung pada keributatan di warnet.
Tapi tak lama berselang mungkin berkat laporan dari tukang kebersihan yang tadi beberapa kali mondar-mandir di depan kami, petugas Operator warnetnya datang dan melabrak ke dua anak itu, dengan suara yang ya…kira-kira 4 bilik ke kiri kanan depan bisa mendengar apa isi tegurannya kemudian memberikan peringatan serta wejangan-wejangan kepada mereka berdua hingga akhirnya mereka pulang.
Alhamdulillah
saya salut kepada mas-mas petugas warnet itu yang sudah tegas mengambil sikap kepada pelanggannya yang berbuat tak senonoh.
wah.
wah..
Miris saya,
Apa ini yang mereka dapat di bangku sekolahan dan dari pendidikan rumah???
Rasanya tidak adil jika kita terus-terusan bertanya ini kesalahan siapa?
Kita harus mulai mencari solusinya.
Bagaimana caranya agar tingkat kegiatan yang tak senonoh oleh anak-anak di bawah umur seperti ini berkurang
dan itu tanggung jawab kita bersama.
Bukannya malah kita abadikan dalam bentuk foto atau rekaman kemudian disebarluaskan.
Itulah hal yang mencengangkan yang saya dapati di warnet beberapa saat yang lalu yang menggugah benak saya untuk menuangkannya dalam tulisan ini.
Warnet yang saya yakin tujuan didirikannya adalah untuk membantu mempermudah kita mengakses informasi dan ilmu pengetahuan yang terus berkembang harus beralih fungsi menjadi saran perbuatan tak senonoh oleh anak-anak di bawah usia dewasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H