Mohon tunggu...
Gemma Deo Pangestu
Gemma Deo Pangestu Mohon Tunggu... Guru - Guru

Man Jadda Wa Jadda

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4 Budaya Positif

16 Desember 2022   23:16 Diperbarui: 16 Desember 2022   23:14 2068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jurnal refleksi dwi mingguan merupakan salah satu tugas yang harus dibuat oleh Calon Guru Penggerak (CGP) pada pendidikan guru penggerak. Jurnal refleksi dwi mingguan adalah sebuah tulisan tentang refleksi diri setelah mengikuti sebuah kegiatan pelatihan (upgrading skill) yang ditulis secara rutin setiap dua mingguan yang wajib dilakukan oleh para CGP. Pada bagian ini, sebagai CGP saya akan merefleksikan seluruh rangkaian kegiatan selama mempelajari modul 1.4 tentang Budaya Positif, dengan model refleksi 4F (Fact, Feeling, Findings, Future) yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway.

  • Fact (Peristiwa)

Setelah melewati modul 1.1 tentang filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara, modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak, dan modul 1.3 tentang visi guru penggerak, selanjutnya saya mengikuti pembelajaran modul 1.4 tentang budaya positif dari tanggal 06 Desember s.d. 23 Desember 2022 melalui LMS Pendidikan Guru Penggerak. Pada tanggal 12 dan 13 Desember 2022 diadakan kegiatan ruang kolaborasi yang dipandu oleh Ibu Harsiana Wardani, S.Pd.SD selaku fasilitator. Pada tanggal 12 Desember 2022 dalam kegiatan ruang kolaborasi, kami dibagi kelompok untuk menganalisis kasus – kasus yang disediakan berdasarkan konsep – konsep inti dalam modul 1.4 tentang budaya positif bersama rekan CGP. Setelah berdiskusi, kemudian kami mempresentasikan hasil analisis studi kasus berdasarkan konsep – konsep inti dalam modul 1.4 tentang budaya positif. Dari tugas diskusi ruang kolaborasi tersebut, dapat diakses pada laman https://youtu.be/xlCuRSaHRuc. Pada tanggal 13 Desember 2022, kelompok saya diberi kesempatan pertama oleh Ibu Harsiana Wardani, S.Pd.SD selaku fasilitator untuk mempresentasikan hasil diskusi ruang kolaborasi. Dari hasil presentasi tersebut, kelompok saya mendapat apresiasi dari rekan-rekan CGP Angkatan 7 kelas 07.15 KALBAR Grup B. Tiada hal yang sempurna dari tugas yang kami kerjakan, tentu saran dan masukkan dari rekan – rekan CGP, juga sangat membantu kami menyempurnakan tugas analisis studi kasus pada ruang kolaborasi. Selanjutnya pada tanggal 16 Desember 2022 tepatnya pukul 15.30 WIB, saya mengikuti kegiatan elaborasi pemahaman/koneksi antar materi melalui google meet yang dipandu oleh Ibu Nur Hanifah, M.Pd., ACC. Kegiatan elaborasi pemahaman ini sangat menarik karena membuka wawasan dan pendalaman materi tentang budaya positif yang di dalamnya terdapat konsep perubahan paradigma stimulus respons dan teori kontrol, 3 teori motivasi perilaku manusia, motivasi internal dan eksternal, keyakinan kelas, hukuman dan penghargaan, 5 kebutuhan dasar manusia, 5 posisi kontrol guru dan segitiga restitusi. Dari seluruh rangkaian kegiatan modul 1.4 ini, momen yang paling penting dalam proses pembelajaran modul 1.1 hingga modul 1.4 adalah saya dapat memahami konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep budaya dan lingkungan positif di sekolah yang berpihak pada murid, melakukan evaluasi dan refleksi tentang praktik disiplin dalam pendidikan Indonesia secara umum untuk mendapatkan pemahaman baru mengenai konsep disiplin positif untuk menciptakan murid dengan Profil Pelajar Pancasila, memahami peran sebagai guru untuk membangun budaya positif dengan menerapkan konsep disiplin positif dalam berinteraksi dengan murid, menerapkan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid untuk menciptakan ekosistem sekolah aman dan berpihak pada anak, menyusun langkah – langkah dan strategi aksi nyata yang efektif dalam mewujudkan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan sekolah agar tercipta budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid, serta bersikap reflektif dan kritis terhadap budaya di sekolah dan senantiasa mengembangkannya sesuai kebutuhan sosial dan emosional murid. Secara garis besar selama dua minggu, saya mempelajari modul 1.4 tentang budaya positif yang terdiri dari aktivitas Mulai Dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata.

Gambar 1 Kegiatan Pembukaan Ruang Kolaborasi Via Google Meet


rukol-diskusi-639c97ca08a8b56e0d5aeb32.jpg
rukol-diskusi-639c97ca08a8b56e0d5aeb32.jpg

Gambar 2 Kegiatan Diskusi Ruang Kolaborasi Via Google Meet


whatsapp-image-2022-12-13-at-17-54-39-639c94b64addee3b4b41dd62.jpeg
whatsapp-image-2022-12-13-at-17-54-39-639c94b64addee3b4b41dd62.jpeg

Gambar 3 Kegiatan Presentasi Ruang Kolaborasi Via Google Meet


  • Feeling (Perasaan)

Selama dua minggu mempelajari modul 1.4 tentang budaya positif ini, berbagai macam perasaan yang saya rasakan, antara senang, bangga, dan juga khawatir tidak dapat melaksanakan pendidikan ini dengan baik dan maksimal, bahkan insecure atau merasa minder karena melihat teman-teman calon guru penggerak yang hebat. Di sisi lain, ada sederet tugas pokok sebagai pendidik yang harus diselesaikan bersamaan, yakni Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjil, analisis PAS Ganjil, Ajang Gelar Karya dan Kreativitas  Budaya Positif Cinta Lingkungan, dan Rapor Semester Ganjil. Tentu semua terasa bercampur aduk serta tetap berusaha memanajemen waktu dengan baik dan tekad yang kuat untuk dapat menyelesaikan tugas – tugas modul 1.4 tentang budaya positif dalam Program Guru Penggerak ini. Dari pembelajaran modul 1.4 ini, saya merasa ada kaitan antara modul 1.1 hingga 1.4 yakni untuk mengimplementasikan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid agar tercipta ekosistem sekolah aman dan berpihak pada anak demi mewujudkan merdeka belajar dan Profil Pelajar Pancasila, sesuai nilai-nilai dan peran guru penggerak. Dari perwujudan nilai-nilai tersebut, maka guru penggerak dapat menjadi agen perubahan pembelajaran, serta harus mampu menyusun langkah-langkah dan strategi aksi nyata yang efektif dalam mewujudkan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan sekolah agar tercipta budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid, serta bersikap reflektif dan kritis terhadap budaya di sekolah dan senantiasa mengembangkannya sesuai kebutuhan sosial dan emosional murid. Ketika saya semakin mendalami materi pada modul 1.4 ini, terutama saat elaborasi pemahaman/koneksi antar materi, saat momen itu terjadi saya merasa banyak hal yang perlu saya perbaiki, sebab posisi kontrol sebagai guru yang saya lakukan sebelumnya kurang tepat. Dalam hal ini, saya belajar memanajemen posisi kontrol manajer agar dapat berhamba pada murid, sehingga murid menjadi lebih bertanggung jawab dan tidak terintimidasi jika berperilaku indisipliner. Dari momen tersebut, saya merasa tergerak untuk memperbaiki posisi kontrol saya sebagai guru ke depannya, serta menyusun keyakinan kelas sebagai rancangan aksi nyata. Di sisi lain, saya juga merasa tercerahkan dan termotivasi untuk memahami dan mengintegrasikan budaya positif dalam menjalankan tugas sebagai pendidik di masa kini agar mampu menjalankan peran sebagai guru penggerak sekaligus agen perubahan pembelajaran. Selain itu, pada aktivitas modul 1.4 tentang budaya positif ini, saya merasa sangat antusias, sebab materi ini sangat bermanfaat dan membantu saya dalam menerapkan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid untuk menciptakan ekosistem sekolah aman dan berpihak pada anak di SMA Negeri 2 Putussibau.

  • Findings (Pembelajaran)

Dari pembelajaran modul 1.4 tentang budaya positif ini saya mendapat ilmu untuk meningkatkan kompetensi sebagai seorang pendidik. Sebagai seorang calon guru penggerak saya harus dapat mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal. Sebelum saya mempelajari modul 1.4 ini, saya berpikir bahwa posisi kontrol sebagai penghukum, pembuat merasa bersalah, dan pemantau adalah posisi kontrol yang tepat dalam menjalankan tugas sebagai guru. Namun ternyata pandangan tersebut keliru, dimana sebagai guru harus dapat memanajemen posisi kontrol manajer dalam membangun budaya positif di sekolah. Dari pembelajaran modul 1.4 ini, saya merefleksi diri dan berlatih untuk menerapkan segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah indisipliner murid. Pada aktivitas modul 1.4 tentang budaya positif ini juga saya memahami bahwa untuk menciptakan ekosistem sekolah aman dan berpihak pada anak, kita harus dapat bersikap reflektif dan kritis terhadap budaya di sekolah dan senantiasa mengembangkannya sesuai kebutuhan sosial dan emosional murid.

  • Future (Penerapan)

Dari pembelajaran modul 1.4 tentang visi guru penggerak ini, saya termotivasi untuk menjadi bagian dari perubahan dan mencoba mulai dari diri sendiri untuk melakukan hal terbaik dengan pembiasaan posisi kontrol manajer melalui segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah indisipliner murid. Pada aktivitas pembelajaran modul 1.4 tentang budaya positif ini, saya termotivasi untuk berkolaborasi dengan rekan sejawat dan berkonsultasi dengan kepala sekolah dalam rangka menyusun keyakinan kelas yang berpihak pada murid. Selain itu, saya juga akan mendiseminasikan pemahaman, pengalaman, dan penerapan budaya positif di sekolah.

Sekian pemaparan saya dalam jurnal refleksi dwi mingguan modul 1.4 pendidikan guru penggerak angkatan 7.

Salam Guru Penggerak

Guru Bergerak, Indonesia Maju

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun