Mohon tunggu...
Desi Wulandari
Desi Wulandari Mohon Tunggu... -

Sosiologi UGM

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Resensi Novel Still Alice

16 Oktober 2015   00:09 Diperbarui: 17 Oktober 2015   21:53 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul: Still Alice

Penulis: Lisa Genova

Penerjemah: Anindita Prabaningrum

Editor: Yuki Anggia Putri

Penerbit Asli: Simon & Schuster

Penerbit Terjemahan: Penerbit Esensi (Divisi Penerbit Erlangga)

Tahun Terbit: 2015

Halaman: 320 Halaman (ebook)

“There is no mistake in a real book, when one meet it. It's like falling in love...”. Seperti itulah gambaran saya ketika membaca novel ini, ‘terpesona dan jatuh cinta’. Dan jika kita menemukan banyak cinta, tentunya banyak yang musti kita bagi. Salah satunya tentunya membagi novel “Still Alice” ini. Ada sesuatu mengenai novel ini yang perlu untuk dibagi, dibicarakan dan diobrolkan pun juga untuk diresapi.

Lisa Genova, akan membawa kita pada kisah seorang perempuan (ibu rumah tangga) bernama Alice Howland, wanita yang sukses dalam karir dan sukses dalam membangun keluarga kecilnya yang bahagia. Ia memiliki suami yang juga sukses dalam karirnya dan tiga anak yang sudah dewasa, kemudian mengetahui di pertengahan usianya ia harus mengalami situasi yang sulit, menderita “penyakit pelupa”. Alice Howland dengan ‘beautiful mind’, wanita yang memiliki penyakit Az Zheimer. Dan inilah kisah singkatnya :

Alice Howland adalah seorang profesor spikologi kognitif di Harvard University dan ahli linguistik terkenal di dunia, ia telah mengajar selama 25 tahun. Konflik dalam cerita ini dimulai pada suatu hari, saat Alice keluar jogging. Dia menemukan dirinya tersesat di Harvard Square dan tidak dapat menemukan jalan pulang, padahal ia hanya satu mil dari rumahnya, pada rute yang selalu ia lewati dalam perjalanan setiap hari. Mencoba untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi, Alice melakukan pencarian di Google untuk "gejala menopause" dan mendapati bahwa gangguan yang ia alami disebabkan oleh kurangnya estrogen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun