Angka stroke di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2019, angka kematian akibat stroke mencapai 132 kasus per 100 ribu penduduk. Menurut Kementerian Kesehatan RI, stroke masih menjadi penyakit nomor satu di Indonesia.
Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan angka stroke adalah kebiasaan yang tidak sehat. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, prevalensi stroke di Indonesia meningkat dari 7 per 1000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 10,9 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Kebanyakan penderita stroke masih berusia produktif dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi salah satu penyebab utama.
Selain itu, empat transisi dalam kehidupan manusia juga berkontribusi terhadap tingginya angka stroke di Indonesia. Transisi dalam bidang epidemiologi, di mana banyak penyakit menular seperti COVID-19 belum usai, namun kejadian penyakit tidak menular (PTM) terus meningkat, juga menjadi faktor yang mempengaruhi prevalensi stroke.
Berikut adalah beberapa kebiasaan buruk yang dapat memicu stroke di antaranya:
1. Pola makan tidak sehat: Konsumsi makanan tinggi lemak jenuh, garam, dan gula dapat meningkatkan risiko terkena stroke. Makanan cepat saji, makanan olahan, dan makanan tinggi kolesterol sebaiknya dihindari. Sebaliknya, penting untuk mengadopsi pola makan yang seimbang dengan banyak sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan protein sehat.
2. Kurangnya aktivitas fisik:Â Gaya hidup yang kurang aktif dan kurangnya olahraga dapat meningkatkan risiko stroke. Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, obesitas, dan kolesterol tinggi. Penting untuk mengatur waktu untuk berolahraga secara teratur, seperti berjalan kaki, berlari, berenang, atau bersepeda.
3. Kebiasaan merokok: Merokok adalah faktor risiko utama untuk stroke. Zat-zat kimia dalam rokok dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan plak di arteri, yang dapat menyebabkan penyumbatan dan akhirnya stroke. Penting untuk berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok.
4. Konsumsi alkohol berlebihan: Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah, mempengaruhi fungsi hati, dan meningkatkan risiko stroke. Jika mengonsumsi alkohol, batasi jumlahnya sesuai dengan pedoman yang direkomendasikan.
5. Stres dan tekanan emosional: Stres kronis dan tekanan emosional dapat mempengaruhi kesehatan secara negatif, termasuk meningkatkan risiko stroke. Penting untuk mengelola stres dengan cara yang sehat, seperti dengan bermeditasi, berolahraga, atau melakukan aktivitas yang menyenangkan.
6. Kurang tidur:Â Kurang tidur atau tidur yang tidak berkualitas dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan peradangan dalam tubuh, yang dapat meningkatkan risiko stroke. Penting untuk mendapatkan tidur yang cukup setiap malam, sekitar 7-8 jam untuk dewasa.
7. Kurangnya pengawasan kesehatan: Kurangnya kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin dan pengawasan terhadap faktor risiko stroke, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan kolesterol tinggi, dapat menyebabkan peningkatan risiko stroke. Penting untuk menjaga kesehatan secara menyeluruh dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur.
Sumber:
- DetikHealth
- Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan