Mohon tunggu...
Fahmi Idris
Fahmi Idris Mohon Tunggu... Professional IT - System Analyst -

Introvert, Kinestetik, Feeling Extrovert, System Analyst, Programmer, Gamers, Thinker, Humorous, Dreamer. Web : ghumi.id Instagram : fahmi_gemblonk

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Om Garong Sang Penyelamatan Pasar

4 Januari 2012   14:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:20 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pagi ini nampak cerah, kicauan burung terdengar riang menyambut mentari pagi. Hangat mentari berpadu syahdu dengan hembusan sepoi sejuk udara pagi menemani pria muda tampan menuju Pasar Rangkat. Pria muda tampan itu dikenal dengan sebutan OM GARONG. Tapi pagi ini dia menuju pasar untuk membuka kedai bakso miliknya. Kedai bakso disebelah kedai keripik milik Sekar bersama adiknya Ajeng.

Fahmi memutuskan meninggalkan profesi musisi dangdut setelah berpisah bersama rekan-rekan profesinya. Uang hasil penjualan peralatan ngamen itu ia jadikan modal usaha bakso sekarang. Sebuah kedai bakso elegan di Pasar Rangkat yang selalu dihiasi dengan lantunan syahdu musik dangdut.

Tepat didepan kedai keripik milik Sekar, Fahmi melihat seorang pria berkaus hitam melempar puntung rokok pada bak sampah berwarna oranye tepat disamping kedai keripik. Lama menatap kejadian tersebut. Masih menatap. Dan lama-lama buram. Gelap.

* * *

Fahmi kemudian membuka mata perlahan. Dia mendapati dirinya tepat berada di depan kedai keripik milik Sekar. Kedai berwarna merah dengan etalase kaca yang berisi keripik bermacam bentuk dengan bermacam jenis itu nampak buram. Ada kilatan api disana. Fahmi membuka lebar matanya.

APIIIII... APIIIIII...”, Sekar dari jendela di lantai satu berteriak-teriak histeris.

AIRRRRRR.... AIRRRR...”, Ajeng adiknya seolah tak mau kalah berteriak dengan kakaknya.

Terlihat orang-orang seisi pasar sibuk dengan hebohnya panas api menyala di kedai Sekar. Hans sang kades Rangkat nampak sibuk mengatur orang-orang untuk membantu. Ari Jaka, Kang Inin, Ibay, Pak RW Edy dan lima lelaki lain tampak berbaris sejajar berestafetkan ember besar berisi air. Semua bahu membahu. Semua repot.

Pasar itu heboh. Bukan karena kedai sekar yang terbakar, tapi karena kedatangan Thamrin Dahlan si Hansip Super. Dengan cekatan merangkul dan menyelamatkan Sekar dan Ajeng dari lantai satu kedai. Heboh, semua bertepuk tangan melihat kejadian heroik itu. Semua tersenyum. Semua gembira. Tapi tidak untuk Sekar.

JENGKOLKUUUUU... SINGKONGKUUUUUU... KEDAIKUUUUUUUU....”, Sekar tampak histeris menatap api yang masih sadis menjilat dan memperkosa kedainya. Dia hanya menatap sedih dan sesekali berteriak histeris.

Fahmi mengalihkan pandangan dari Sekar menatap kondisi kedai keripik milik Sekar. Pandangannya tertuju pada bak sampah oranye yang kini berwarna hitam tak berbentuk. Rupanya sudah tidak jelas. Api menjilat-jilat dari dalam bak sampah itu. Area tersebutlah yang paling besar kobarannya.

Fahmi mendekati bak sampah itu. Semakin dekat. Semakin dekat. Kini jaraknya hanya sejuluran tangan pada bak tersebut. Ia melongok kedalam bak sampah tersebut. Api masih menjilat dari dalam bak sampah. Memburamkan pandangan menjadi gelap.

* * *

Fahmi membuka mata, didapati dirinya berada pada jalan di Pasar Rangkat tepat di depan bak sampah di sebelah kedai keripik Sekar. Masih terlihat pria yang tadi membuang puntung rokok di depannya. Menjauh. Dan menghilang di belokkan kedai bakso miliknya. Dengan segera Fahmi melongok mengintip bak sampah.

Sekar keluar dari kedai, melihat Fahmi setengah masuk pada bak sampah, “Hey Fahmi.. Lagi ngapain?!? Mulung barang bekas ya?!? Hehehehe...”, Sekar setengah mengejek menyapa Fahmi.

Lagi cari sarapan OM GARONG?!?”, Hans pak Kades lewat di belakang Fahmi. Seperti biasa jalan-jalan pagi mengontrol desa sambil mencari sarapan.

Fahmi kemudian keluar dari bak sampah. Puntung rokok yang ada pada tangan kanan dijatuhkan kemudian diinjaknya. Mati.

Silahkan saja kalian mencibirku pagi ini. Setidaknya aku menyelamatkan pasar ini. Bukan untukku, tapi untuk kita semua. Gumam Fahmi

___________________________________________________

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun