Pak Edy sang RW Rangkat yang terkenal bersahaja dan santun tampak berbeda sore ini. Kedua kakinya dipacu bergantian cepat. Berjalan tergesa. Sinar matanya tajam dan tegas menengok kanan kiri mencari-cari. Wajahnya tegang khawatir, menyisir setiap kios di Pasar Rangkat. Sampai pada sebuah kios keripik, ia kemudian menghentikan langkahnya.
"Sekaaaaaarrrr...", Sambil mengetuk kaca etalase dengan cincin ali sebesar jempol gajah berulang-ulang.
"Sebentaaar..", Terdengar suara dari dalam kios, yang tak lama kemudian muncul Sekar dengan sisa liur di pipi kiri. Wajahnya terlihat malas seperti orang baru bangun tidur.
"Kamu lihat Ajeng?"
"Ajeng? Sejak pagi saya tidak melihat Ajeng pak, padahal kami sudah janji ingin adu cepat memanjat pohon kelapa di kebun Ki Ade di pinggir kali."
"Duh.. Kemana ya anak itu?!? HEH GARONG..!! KAMU LIHAT AJENG?!?", Dengan tangkas Pak Edy langsung bertanya pada Garong yang sedang mencuci mangkok bakso.
"Sial.. lagi seru-serunya nyuci mangkok malah dibentak-bentak..", gumam Garong dalam kalbu.
"Hari ini saya belum melihat Ajeng Pak. Memang Ajeng sedang ke mana?"
"Entahlah. Tadi pagi disuruh mamahnya beli keperluan dapur dan stok perlengkapan mandi"
Hening. Ketiganya tampak melamun kosong memikirkan kemungkinan keberadaan Ajeng. Terlebih mengingat kemungkinan tingginya kebencian Ajeng terhadap Garong yang dapat mengakibatkan haramnya menginjakkan kaki di Pasar Rangkat.
"AHA..!!!", Garong setengah teriak.