tak bebas tangan bergerak terikat tak pernah berkeluh walau suara pekak berusaha tetap memikat masih terikat pisang kaki kanan kau dekap pisang kaki kiri habis kau lahap wajah polos berharap memikat masih terikat ini demi hidupku hidupmu sarimin, maaf... tak payah mencibir sepah bibir nyengir tak pernah berkeluh meski kaki-kaki telah lelah bibir tetap mencibir masih nyengir payung tangan kanan kau sandang keranjang tangan kiri kau pegang wajah jenaka tetap menyimpan cibir masih setia nyengir ini harga laparku laparmu sarimin, maaf... perut sering tak terpuaskan dahaga tak termusnahkan makan tak kenyang, terasa kurang walau berhutang, pun masih kurang keras kejam rimba kota ini sarimin, maaf... terik mentari menampar diriku dirimu asap debu jalanan menghajar diriku dirimu basah hujan kadang menemani diriku dirimu wajah sinis mereka yang berkendara sering kita jumpai jarang sekali wajah ceria mereka terlukis sering kita berlari berlari menghindar menghindar untuk tetap hidup katanya mereka petugas hanya menjalankan tugas kita yang sering tertindas kadang terlibas inilah hidupku hidupmu sarimin
__________________________________________________
Nomor. 106 :Â Fahmi Idris & Desi Dian Yustisia
NB : Untuk membaca hasil karya para peserta Festival Puisi Kolaborasi yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke sini :Â Hasil Karya Festival Puisi Kolaborasi.
Tulisan ini ditulis juga di ghumi.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H