Mohon tunggu...
Fahmi Idris
Fahmi Idris Mohon Tunggu... Professional IT - System Analyst -

Introvert, Kinestetik, Feeling Extrovert, System Analyst, Programmer, Gamers, Thinker, Humorous, Dreamer. Web : ghumi.id Instagram : fahmi_gemblonk

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[KCV] Rindu Rudi Rina

14 Februari 2012   14:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:39 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari tampak masih malu bersembunyi dibalik awan mendung pagi. Seolah mengawasi suasana gerbang tol Soekarno-Hatta yang ramai lancar. Rudi menerawang ke langit mencari matahari yang bersembunyi. Perasaan gembira dan sedih di wajahnya jelas terpancar.

Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta pagi itu sibuk. Matahari sudah pongah bertengger di sudut langit biru sekarang. Tidak lagi bersembunyi. Selepas melewati pemeriksaan tiket, Rudi berjalan menuju pesawat. Langkah kecil dan lambat mengantarnya pada pesawat Qantas Airlines, menuju Australia. Sekali lagi kubuka handphone. Ada satu pesan singkat di sana.

Qm ht2 y d sn, jg k'shtn. D sn kan dngn, jgn lp pk jkt y.
Sender : Rina

* * *

Dua minggu sudah berselang sejak keberangkatan Rudi ke Australia. Malam sebelum keberangkatan, Rudi berjanji untuk menghubungi Rina paling cepat 2 minggu setelah ia tiba di sana. Benar saja, malam harinya Rudi menghubungi Rina. Ia bercerita soal sibuknya orang-orang di sini. Mahalnya harga calling card. Juga banyaknya teman-teman Indonesia di sini, kebanyakan dari tanah Papua.

Rudi juga tak lupa berkisah soal serunya kuliah di jurusan pariwisata, perhotelan dan jasa boga di sana. Bidang yang sedari SMA sungguh digemarinya. Melanjutkan romantisme sang ayah yang sering melanglang buana ke berbagai negara karenanya. Hampir satu jam mereka berbincang. Melepas tawa dan rindu lewat suara.

***

Hampir 4 bulan sudah Rudi berada di seberang sana. Sore ini cuaca sedikit mendung, semilir angin berhembus memainkan dedaunan. Rina duduk sendiri di kantin kampus. Tatapan nya jauh menerawang. Bakso yang di pesannya tadi sudah dingin. Suasana di kampus tidak lagi terlalu ramai seperti tadi siang.  Para mahasiswa kebanyakan sudah pada pulang. Namun sampai detik ini, Rina tak berniat untuk beranjak dari kursinya. Tangannya sibuk mengaduk ngaduk minuman didepannya. Bayangan wajah Rudi kembali bermain di pelupuk matanya. Disini, dikantin ini biasanya dia menghabiskan waktu sorenya bersama kekasihnya Rudi, makan bakso berdua sambil bercengkrama. Rina hafal betul makanan dan minuman kesukaan Rudi, kebiasaannya memberi banyak saos pada bakso, sudah menjadi ciri khas nya. Rina menatap bakso yang ada di hadapannya. Dan dengan gerakan spontan dia menuangkan banyak saos pada bakso tersebut. Tiba tiba Rina merasakan sentuhan halus yang menyentuh bahunya, Rina menoleh. Rhanty teman satu kamarnya, sudah disampingnya.

“ Ayo pulang, Rin, sudah sore,” ajak Rhanty, sambil mencomot bakso di depan Rina.

“Nanti dulu, sebentar lagi,” Rina kembali mengaduk ngaduk minumannya.

“ Kenapa kamu masih memikirkan Rudi ya,” tanya Rhanty.

“ Nggak taulah, aku bingung aja, kenapa belum ada  kabar dari nya, Rhan. Padahal udah dua minggu lebih sejak keberangkatan. Aku khawatir dengan dia. Aku rindu padanya Rhan,”.

“ Sabar aja kenapa sih, mungkin dia lagi sibuk disana, jadi belum ada waktu untuk mengirim surat,” Rhanty mencoba menenangkan sahabat karibnya ini.

Senja perlahan mulai datang, kedua sahabat itupun berdiri dan beranjak dari kantin kampus. Berjalan menyusuri jalan sambil terus bercerita dan bersenda gurau. Meski Raut wajah Rina masih tampak gelisah.

***

Dua tahun sudah mereka tak jumpa sekarang. Rina cemas menunggu dering telepon dari Rudi. Di malam gerimis berteman dingin angin kencang kota metropolis.

Kriiiiiing...

Rina langsung mengangkat telepon. "Rinaaaaaaaa.. Aku keterima kerja di sini...", Sapa riang Rudi terdengar dari seberang.

"Syukurlah.. dimana? kapan ke Indonesia? Kapan ketemu aku lagi?", Rina langsung menembak banyak pertanyaan pada Rudi.

"Pelan-pelan dong nanyanya.. Duh.. Kayak wartawan aja kamu nih.. Aku keterima di Oaks Broome Hotel.. Dan langsung harus bersiap mengikuti pelatihan yang dimulai 3 hari nanti..."

"Pelatihan berapa lama? Bisa pulang? Terus kapan pulangnya?"

"Pelatihannya sebulan.. Itu dia.. Aku gak bisa langsung pulang karena akan dikarantina di sana.."

"Jadi kita baru bisa ketemu lagi sebulan lagi dong?"

"Iya...."

Rina dan Rudi harus ikhlas melepas rindu malam itu. Walau hanya bertukar suara, mereka harus puas. Nafsu menggebu ingin berjumpa harus ditahan. Setidaknya untuk satu bulan ke depan.

***

Rudi, apakah kamu bisa mendengarku?
Aku berbisik lirih padamu
Hamparan laut memisahkan kita
Kasih, aku masih bertahan

Rudi, aku selalu memimpikanmu
Angin seolah membawa suaramu padaku
Kusimpan lekat bayangmu dalam hatiku
Membuatku tegar

Rina, Mereka tidak tahu
Betapa tersiksanya menunggu cinta seperti ini
Tiap kali kita berpisah berucap kata selamat tinggal
Tiap kali kita yakin untuk memegang janji

Ingin aku berlayar menemuimu sekarang
Bertemu pada senja dengan aroma pantai
Di bawah nyiur pohon kelapa
Hanya kita berdua mengkhianati rindu

***

Sebulan sudah berlalu. Selepas pelatihan Rudi langsung menghubungi Rina. Ia siap menuju bandara sekarang. Tiket keberangkatan pagi sudah berada di tangan. Segala perlengkapan sudah tertata rapih dalam tas besar warna hitam. Wajahnya sumringah, tak sabar berjumpa dengan Rina. Tak sabar membunuh Rindunya.

Mendengar telepon dari Rudi. Rina girang bukan kepalang. Detik-detik terasa lama dia rasakan. Rina mandi lama sekali. Ia ingin tampil secantik mungkin di depan Rudi. Mengenakan baju termanisnya. Menatap lekat bingkisan kue manis buatannya yang sudah dibuatnya khusus sejak kemarin. Hanya untuk Rudi katanya. Dia siap berada di teras sekarang, sedang menalikan sepatu kets corak belang hitam putih miliknya.

Pluk

Tak disangka tali sepatunya putus. Mendadak dadanya terasa sesak. Ia merasa tak enak, 'ah.. ini pasti perasaan tak sabarku karena ingin berjumpa dengan Rudi yang sudah lama tak jumpa', gumamnya.

***

Rina sudah berada di ruang jemput kedatangan sekarang. Sudah tiga kali ia mondar-mandir ke kamar kecil. Bolak-balik mengeluarkan handphone hanya untuk melihat waktu. Dan sesekali membuka bingkisan kue yang dia bawa. Dia duduk manis, matanya lurus menatap televisi yang ada di ruang itu. Hanya sekedar membunuh waktu, pikirnya.

Pada layar televisi.

Selamat pagi pemirsa, Sebuah kecelakaan pesawat hebat terjadi. Kontributor kami menerima kabar langsung 45 menit lalu. Pesawat Qantas Airways dengan nomor penerbangan QF-3425 yang terbang dari Bandar Udara Sydney menuju Bandara Soekarno-Hatta. Sedikitnya ada 40 penumpang terdaftar pada penerbangan tersebut, 35 orang WNI, 3 orang warga negara Australia dan 2 orang warga negara Malaysia. kami akan merilis daftar penumpang pesawat tersebut. Pencarian korban masih terus dilakukan hingga laporan ini diturunkan.

Rina tertegun. Jantungnya berdegub kencang melihat berita tersebut. Ia berharap kalau nomor penerbangannya berbeda dengan yang ditumpangi Rudi. Mulutnya komat-kamit berdoa semoga nama Rudi tak ada dalam daftar penumpang pesawat naas tersebut. Rina berdiri, mendekati layar televisi tersebut.

Nomor 25. Ada nama Rudi Wibowo di sana. Seolah tak percaya. Kaki Rina langsung lemas. Ia membuka bingkisan merah jambu yang dibawanya. Ada sepotong kue cokelat di sana. Untuk Rudi. Tambatan hati sumber perindu yang ia damba. Ternyata percakapan tadi pagi adalah yang terakhir dengan Rudi. Rina berlutut, matanya berkaca-kaca. Sedih tangis mewarnai ruangan tersebut. Setidaknya ada 15 orang duduk lemas di sana. Menatap televisi. Menatap berita duka.

_____________________________________

, No 163. Ghumi + Emmy Rhomianty

NB : Untuk melihat hasil karya KCV yang lain silahkan lihat pada postingan Inilah Kumpulan Kolaborasi Cerpen Valentine. Bergabung bersama di Fiksiana Community.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun