Mohon tunggu...
Gemantara Maliki
Gemantara Maliki Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hello, it's Gemantara. Kami di sini membawa berita tentang kegiatan pengabdian kami kepada masyarakat di daerah Gubugklakah, Poncokusumo.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mahasiswa KKM 74 UIN Malang Membantu Para Petani dalam Melakukan Panen Kentang di Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo

25 Januari 2024   05:52 Diperbarui: 25 Januari 2024   05:57 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bersama Bapak Ibu Petani Kentang Desa Gubugklakah

Perkebunan merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan pendapatan nasional negara dan devisa negara. Berbagai macam perkebunan yakni kelapa sawit, kelapa, karet, dan kopi. Selain itu adapula kentang yang merupakan salah satu makanan pokok yang memiliki peran vital dalam menyediakan sumber pangan dalam menunjang kehidupan dan sumber karbohidrat bagi berbagai komunitas di seluruh dunia.

Desa Gubugklakah merupakan salah satu desa yang terletak di lereng Gunung Bromo dan terkenal dengan sebutan desa wisata Gubugklakah, tepatnya berada pada kecamatan Poncokusumo. Sebagian penduduk di Desa Gubugklakah bermata pencaharian sebagai petani, salah satunya yakni petani kentang. Mereka merawat hasil panennya secara baik dan terjaga agar menghasilkan hasil panen yang dapat dikonsumsi sendiri maupun dijual kembali. Mereka memanfaatkan lahan perkebunan atau pertanian untuk ditanami berbagai macam bibit salah satunya adalah kentang. 

Dalam kegiatannya pada tanggal 05 januari 2023, kami gemantara dari kelompok KKM 74 UIN Malang ikut serta dalam membantu salah satu petani kentang Desa Gubugklakah untuk mengumpulkan hasil panennya. Para petani bekerja keras untuk memastikan kentang yang dihasilkan memiliki kualitas terbaik. Kentang baru dapat dipanen dalam jangka waktu tanam sudah mencapai umur 2-3 bulan. Hasil panen yang kami dapatkan sangat melimpah mencapai beberapa karung dengan ukuran kentang yang seragam di gabungkan menjadi satu karung, kemudian hasil panen ini akan disimpan terlebih dahulu sebelum dibeli oleh para pengepul yang kemudian akan di jual ke pasar- pasar sekitar dan toko sayuran maupun tempat lainnya. Kentang ini memiliki harga pasar yang stabil yaitu untuk ukuran kecilnya biasa dijual Rp10.000/kg dan untuk ukuran yang lebih besar bisa mencapai Rp14.000-Rp16.000/kg. Karena hal inilah banyak petani yang mengaku tertarik untuk membudidayakan tanaman ini. 

Salah satu tantangan utama yang dihadapi para petani kentang yakni adalah perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi. Meskipun musim hujan yang tidak teratur dan suhu yang fluktuatif serta terdapat berbagai risiko seperti serangan hama dan penyakit tanaman yang mengakibatkan harusnya beradaptasi dengan menggunakan teknik pertanian yang lebih efisien dan menyesuaikan jadwal tanamnya. Meski dihadapkan pada berbagai tantangan, para petani kentang tetap memiliki harapan untuk masa depan. Mereka berinvestasi dalam pendidikan pertanian untuk generasi mendatang dan berupaya menjaga keberlanjutan lahan pertanian. Keberhasilan dalam memanen kentang salah satunya terletak pada hubungan baik dengan komunitas sekitar. Keterlibatan dalam kelompok petani setempat dan berbagi pengetahuannya dengan sesama rekan-rekannya. Hal ini menciptakan kolaborasi yang saling menguntungkan dan memperkuat daya saing petani lokal. Selain itu, banyak pengalaman yang didapat kita sebagai mahasiswa yakni dapat mengetahui bagaimana cara merawat, memanen dan distribusi kentang. Serta hal ini juga dapat menumbuhkan semangat gotong royong dan kepedulian terhadap para petani terutama petani kentang. Mayoritas masyarakat Desa Gubugklakah ini memiliki lahan pertanian maupun perkebunan yang telah dikelola dengan sangat baik dan terawat sehingga menghasilkan hasil panen yang memuaskan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun