BANGUN di pagi hari, mendengar gemericik air yang mengalir di sungai. Seketika ketenangan hadir di dalam jiwa. Menghirup segarnya udara pagi tanpa polusi. Mendengar sayup aktivitas orang-orang membuka pagi. Tak terdengar riuh oleh hiruk pikuk pejalan kaki. Suasana masih normal terkendali.
Di situlah batin merasa tenteram. Mendengar harmoni alam yang mengalun syahdu, getarannya mengalir melalui pori-pori kulit perlahan-lahan. Betapa nikmat suasana pagi, yang tidak bisa dinikmati oleh sebagian orang yang masih mendengkur di dalam selimut.
Seorang pendengar adalah penikmat suasana, seperti ketika ia menikmati pagi. Tidaklah bergejolak emosi, semuanya mengalir dalam ketenangan. Laksana menikmati lantunan melodi yang merambat perlahan, tidak memekakkan telinga. Begitu harmonis dan syahdu.
Seorang pendengar yang baik adalah seorang yang mampu menghadirkan suasana itu, di setiap waktu dan kehidupannya. Tidak terprovokasi meskipun pagi mulai meninggi. Kesejukan menjadi teman sejati. Menyapa setiap hati yang dikunjungi, menghadirkan ketenangan. Dalam diam berisikan solusi. Bijaksana dalam mengambil posisi. Seorang pendengar yang baik adalah tuan bagi jiwa-jiwa yang merindukan ketenteraman. Merangsang lahirnya ide-ide segar dan menampung butiran-butiran embun kesejukan.
Seorang pendengar yang baik adalah teman bagi siapa saja. Kehadirannya senantiasa dirindukan. Paling di cari di tengah teriknya mentari. Membendung dahsyatnya udara panas, menggantinya dengan sirkulasi udara pegunungan yang menyegarkan. Seperti oase di tengah gurun pasir, bukan fatamorgana. Ia adalah makhluk nyata. Bisa saja salah satunya adalah Anda.
Â
Tangerang, 21 November 2015
Menikmati secangkir kopi di Kampus STKIP Banten.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H