Mohon tunggu...
Heriyanto Chanra
Heriyanto Chanra Mohon Tunggu... Guru - Luwes dan berorientasi pada kemajuan.

Filsuf kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Pendengar yang Baik

24 November 2015   12:46 Diperbarui: 24 November 2015   12:46 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

BANGUN di pagi hari, mendengar gemericik air yang mengalir di sungai. Seketika ketenangan hadir di dalam jiwa. Menghirup segarnya udara pagi tanpa polusi. Mendengar sayup aktivitas orang-orang membuka pagi. Tak terdengar riuh oleh hiruk pikuk pejalan kaki. Suasana masih normal terkendali.

Di situlah batin merasa tenteram. Mendengar harmoni alam yang mengalun syahdu, getarannya mengalir melalui pori-pori kulit perlahan-lahan. Betapa nikmat suasana pagi, yang tidak bisa dinikmati oleh sebagian orang yang masih mendengkur di dalam selimut.

Seorang pendengar adalah penikmat suasana, seperti ketika ia menikmati pagi. Tidaklah bergejolak emosi, semuanya mengalir dalam ketenangan. Laksana menikmati lantunan melodi yang merambat perlahan, tidak memekakkan telinga. Begitu harmonis dan syahdu.

Seorang pendengar yang baik adalah seorang yang mampu menghadirkan suasana itu, di setiap waktu dan kehidupannya. Tidak terprovokasi meskipun pagi mulai meninggi. Kesejukan menjadi teman sejati. Menyapa setiap hati yang dikunjungi, menghadirkan ketenangan. Dalam diam berisikan solusi. Bijaksana dalam mengambil posisi. Seorang pendengar yang baik adalah tuan bagi jiwa-jiwa yang merindukan ketenteraman. Merangsang lahirnya ide-ide segar dan menampung butiran-butiran embun kesejukan.

Seorang pendengar yang baik adalah teman bagi siapa saja. Kehadirannya senantiasa dirindukan. Paling di cari di tengah teriknya mentari. Membendung dahsyatnya udara panas, menggantinya dengan sirkulasi udara pegunungan yang menyegarkan. Seperti oase di tengah gurun pasir, bukan fatamorgana. Ia adalah makhluk nyata. Bisa saja salah satunya adalah Anda.

 

Tangerang, 21 November 2015

Menikmati secangkir kopi di Kampus STKIP Banten.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun