Mohon tunggu...
Junius Fernando Saragih
Junius Fernando Saragih Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang pencari makna dalam setiap hal yang akan dilakukannya. Sangat ingin menjadi penulis dan bermakna bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengkaji Penduduk di “Nangkring Kompasiana Bareng BKKBN”

15 Oktober 2014   20:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:54 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_366641" align="aligncenter" width="560" caption="Wardah Fajri (Moderator), Dr. Sonny Harry Harmadi (Ketua Lembaga Demografi FE UI), Akbar Faizal (Anggota DPR RI)"][/caption]

Nangkring Kompasiana Bareng BKKBN yang digelar di Outback Steakhouse Kuningan City kali ini bertajuk “Program Kependudukan dan Keluarga Berencana di Era Kepemimpinan Indonesia Raya”. Diskusi santai yang dimoderatori oleh Wardah Fajri ini mendatangkan dua narasumber kenamaan seperti Dr. Sonny Harry B. Harmadi dari Lembaga Demografi FE UI bersama Akbar Faizal yang merupakan anggota DPR RI periode 2009-2014. Kedua narasumber mengulas berbagai masalah kependudukan yang belakangan ini terkesan diabaikan.

Seperti apa yang dikatakan Dr. Sonny, masalah kependudukan ini dianggap sebagai isu yang tidak seksi mengingat dampaknya baru bisa dirasakan sekitar 30 tahun setelah programnya dicanangkan. Sementara, setiap presiden terpilih harus membuktikan output kinerjanya dalam kurun waktu lima tahun. Bila tidak, sang presiden akan sulit terpilih pada periode berikutnya. Padahal, masalah kependudukan adalah basis dari setiap perencanaan pembangunan. “Bagaimana mungkin kita dapat merencanakan pembangunan sementara kita tidak tahu persis berapa jumlah penduduk kita. Contohnya saja dalam pembangunan jalan, mungkinkah kita membangun jalan tanpa mengetahui berapa jumlah orang yang akan menggunakannya.”, demikian tutur Dr. Sonny.

Akbar Faizal menambahkan bahwa seharusnya ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kependudukan. Menurutnya sulit untuk memaklumi bahwa untuk data jumlah penduduk saja kita masih terus berperkara. Barangkali dengan adanya rencana pembentukan Kementerian Kependudukan, pemerintah dapat lebih maksimal dalam mengurusi masalah ini. Politisi Nasdem ini pun menambahkan bahwa setiap kita punya andil untuk mengatasi masalah kependudukan. Sebagai seorang blogger, beliau menganjurkan kita untuk berani mengangkat masalah-masalah kependudukan di sekitar kita agar banyak orang tersadarkan akan pentingnya soal kependudukan. Di sisi lain, hal ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah maupun DPR agar mau bersama-sama menuntaskan masalah kependudukan. Beliau juga menuturkan bahwa kualitas pejabat kita, khususnya anggota DPR juga sangat mempengaruhi keberadaan kebijakan yang tepat soal kependudukan. Idealnya forum-forum seperti ini harus bisa mencerahkan banyak orang agar memilih kandidat yang tepat untuk mengisi lembaga-lembaga strategis dalam pemerintahan. Bagaimanapun kualitas tiap anggota DPR misalnya, akan sangat mempengaruhi kualitas peraturan perundang-undangan yang mereka sahkan.

Pada sesi pertanyaan, ada banyak kompasianer yang mengajukan pertanyaan. Sayang saja tidak semua kompasianer yang hadir dan berjumlah 60 orang itu mendapatkan kesempatan. Bagaimanapun waktu yang tersedia tidak memungkinkan untuk menjawab pertanyaan semua kompasianer yang nampaknya sangat antusias untuk mengulas isu kependudukan ini.

Pertanyaan soal bonus demografi menjadi menarik dijawab mengingat sebagai seorang pakar demografi sekaligus ekonomi, Dr. Sony juga sangat mencermati hal ini. Menurutnya, bonus demografi ini seharusnya menjadi sebuah peluang. Korea Selatan dan Cina sudah membuktikan bahwa kesiapan pemerintahnya memanfaatkan jumlah usia produktif yang sangat besar jumlahnya itu mampu menjadikan negaranya sebagai pesaing ekonomi yang sangat hebat. Kita akan melihat bagaimana pemerintah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi bonus demografi. “Bila nantinya, produk-produk Indonesia ternyata kian diakui di pasar global, artinya pemerintah kita telah berhasil, namun bila nantinya usia produktif kita hanya menjadi geng motor yang handal alhasil dapat disimpulkan kitapun sudah gagal memanfaatkan bonus demografi”, tuturnya sambil bergurau.

Diskusi ini berlangsung sangat menarik. Tidak hanya para narasumber yang pintar membawa suasana diskusi yang santai namun tetap serius, namun juga karena acara ini juga diselingi dengan bagi-bagi hadiah bagi kompasianer yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Yunus Noya yang mewakili BKKBN. Tidak hanya itu, live tweet yang para kompasianer buat selama acara berlangsung juga turut diperlombakan. Seorang kompasianer yang memenangkan lomba live tweet pun mendapatkan hadiah berupa smart phone yang diberikan langsung oleh Yunus Noya.

Diskusi inipun ditutup dengan acara foto bersama dan tidak lupa para kompasianer punya tugas yang tentunya tidak bisa dilupakan. Para kompasianer dianjurkan membuat sebuah reportase yang mengisahkan acara “Nangkring Kompasianer Bareng BKKBN”. Harapannya tiap tulisan para kompasianer dapat mengembangkan wacana soal kependudukan dan negeri ini akan jauh lebih efektif dalam mencanangkan pembangunan. Dan semoga saja, acara yang sama dengan tajuk berbeda akan terus berlangsung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun