Mohon tunggu...
Gelar S. Ramdhani
Gelar S. Ramdhani Mohon Tunggu... Penulis -

Mari berkunjung ke website pribadi saya www.gelarsramdhani.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Dokter Gigi Itu Mahal, Benarkah?

24 Mei 2012   11:57 Diperbarui: 9 Agustus 2018   22:33 3694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Oleh: Gelar S. Ramdhani

Cukup sering saya mendengarkan curahan hati masyarakat yang menyatakan bahwa Dokter Gigi itu Mahal, "Masa tambal gigi saja bisa sampai ratusan ribu bahkan ada yang sampai jutaan?". Kemudian lebih ironisnya lagi saya pernah mendengar kabar bahwa masyarakat saat ini lebih baik menahan rasa sakit gigi, atau mempertahankan giginya ompong, kotor, dan lain sebagainya daripada harus ke dokter gigi bayar mahal. Saya yang sehari-hari bergelut dalam dunia Kedokteran Gigi, tidak menutup mata dengan fenomena-fenomena seperti itu, ada yang berpendapat bahwa dokter gigi itu mahal! memang tidak ada salahnya juga.

Akan tetapi berbicara soal mahal atau murah memang relatif tidak ada standarisasi yang jelas ini dikatakan mahal atau ini dikatakan murah. Lalu apa yang membuat biaya tindakan dokter gigi itu mahal? kalau menurut kacamata saya, salah satu yang membuat biaya tindakan dokter gigi itu mahal karena biaya bahan-bahan material kedokteran gigi, misalnya bahan tambalan itu masih sebagian besar bahkan hampir seluruhnya diproduksi asing dan kita baru bisa mengimpornya. Hal ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah, mengapa negara yang sudah merdeka berpuluh-puluh tahun tidak mampu memproduksi sendiri material kedokteran gigi yang berkualitas? India saja sudah bisa membuat beberapa dental material.

Selain dari pada alat dan bahan kedokteran gigi yang cukup mahal, masyarakat juga menilai bahwa saat ini sudah jarang dokter gigi yang memiliki jiwa sosial yang tinggi, banyak dokter gigi yang masih mengutamakan kalkulasi bisnis dalam menjalankan praktiknya. Mengenai pendapat masyarakat yang satu ini, tentang langkanya dokter gigi yang memiliki jiwa sosial, saya membenarkan. Akan tetapi saya mohon masyarakat tidak menggeneralisir semua dokter gigi tidak memiliki jiwa sosial, dan bukan berarti dokter gigi yang mahal tidak memiliki jiwa sosial. Selain daripada itu banyak juga dilapangan dokter gigi yang rajin melakukan bakti sosial secara sukarela, atau tak sedikit pula dokter gigi yang mengabdikan dirinya bertugas didaerah terpencil dengan honor yang cukup minim. patut kita apresiasi!

Dalam kesempatan ini saya ingin sekedar berbagi dengan masyarakat, sebelum saya berbagi lebih jauh mungkin para pembaca yang budimah pernah mendengar istilah "Mencegah lebih baik daripada mengobati" Nah, ijinkanlah saya mengabil filosofi dari istilah tersebut. Tindakan dokter gigi bisa mahal biasanya karena tindakan yang dilakukan bersifat pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif, misalnya saja gigi kita berlubang (karies), maka biasanya yang dilakukan tindakan pencabutan, penambalan, dan bisa jadi penggatian gigi tiruan (dental protesa). Tindakan-tindakan seperti itu memang cukup memakan biaya, karena tadi membutuhkan material-material tertentu.

Saran dari saya agar kita bisa menghemat cost kita untuk kesehatan gigi dan mulut, adalah prioritaskan langkah pencegahan (preventif) dan perawatan. Mengapa? karena jika kita mempunyai gigi dan mulut yang terawat dengan baik, akan sangat jauh sekali kemungkinan untuk memerlukan tindakan kedokteran gigi yang rumit dan mahal. Analoginya jika gigi kita dirawat kemudian tidak bolong maka tak mungkin kita harus ditambal atau dicabut?.

Langkah pencegahan dan perawatan gigi dan mulut menurut saya cukup murah meriah, seperti anda rajin menggosok gigi secara rutin, baik, dan benar. Kemudian rajin pula memeriksakan gigi dan mulut anda ke dokter gigi, meskipun tidak ada keluhan tapi memeriksakan gigi itu perlu.

-------------------------------------------

Apabila anda ingin bersilaturahmi dengan penulis, silahkan bisa melalui:

--------------------------------------------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun