Mohon tunggu...
Gelar S. Ramdhani
Gelar S. Ramdhani Mohon Tunggu... Penulis -

Mari berkunjung ke website pribadi saya www.gelarsramdhani.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Abdi Negara harusnya belajar dari Abdi Dalem

15 Juni 2011   10:26 Diperbarui: 16 Agustus 2018   14:39 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Gelar S. Ramdhani

Abdi atau dalam kata lain adalah pegawai, dalam definisinya berarti seorang yang memiliki tugas untuk bekerja dan mengabdi, dalam istilah abdi negara memiliki arti seorang pegawai atau pengabdi yang memiliki tugas mengabdikan diri kepada negara. Kalau menurut  pandangan saya tidak mengikat hanya Pegawai Negeri Sipil (PNS) semata yang dinamakan abdi negara, melainkan semua pegawai yang digaji oleh negara (uang rakyat),  itulah yang dinamakan abdi negara.

Sedangkan jika berbicara mengenai abdi dalem, pada dasarnya memiliki definisi yang sama yakni sebagai seorang pekerja/pegawai, hanya saja istilah abdi dalem sebutan untuk mereka yang mengabdikan dirinya kepada keraton, dalam hal ini keraton Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat (Keraton Yogyakarta) dan Keraton Surakarta (Solo).

Jika kita perhatikan ada beberapa hal yang unik dari para abdi dalem keraton. Salah satu yang akan saya soroti dalam tulisan ini adalah kesetiaan dan kepatuhannya terhadap keraton, meskipun mereka hanya diberi upah minim oleh keraton. Sepengetahuan saya upah abdi dalem keraton hanya berkisar antara Rp. 6.000 – Rp. 500.000 (kalau saya salah mohon dikoreksi), bahkan konon katanya ada yang tidak digaji sama sekali.  Hal tersebut sebuah indikator bagi kita semua, bahwa di dunia ini masih ada orang yang mau mengabdi tanpa memperhitungkan upah yang diterimanya.

Mengapa hal itu bisa terjadi di lingkungan abdi dalem?. pada dasarnya mereka juga sama manusia biasa, tidak berarti mereka tidak butuh uang, akan tetapi rasa kesetiaan dan rasa memiliki mereka terhadap institusinya (keraton) yang membuat mereka mau bekerja dengan ikhlas sepenuh hati, bahkan sampai turun temurun.

Inilah sebuah pelajaran yang sangat berharga yang bisa diterapkan kawan-kawan abdi negara, terkadang disekitar kita masih ada abdi negara yang orientasi utamanya bukan untuk mengabdi kepada masyarakat, kepada bangsa dan negara, akan tetapi untuk memperkaya dirinya sendiri. Mengapa mereka tujuannya ingin memperkaya diri? Penyebabnya karena mereka kurang memiliki rasa memiliki terhadap bangsanya, (Bagaimana mau ada rasa memiliki wong pengen jadi abdi negara saja harus bayar 50 juta, pengen naik pangkat 100 juta, pengen punya jabatan 200 juta) Hal inilah yang menyebabkan kinerja abdi negara saat ini kurang maksimal.

Abdi negara saat ini kebanyakan gaji dianggap sebagai hal yang utama (bahkan ada yang mau bekerja tapi nanya dulu gajinya berapa?) padahal kalau menurut saya gaji bukan hal yang utama yang harus kita kejar dalam bekerja, gaji/upah itu adalah feedback dari pekerjaan kita. Dalam suatu kuliah dosen saya pernah berbicara “Orientasi kita bekerja sebagai seorang profesional adalah berkarya dan mengabdi, kalau karya dan pengabdian kita bagus uang takan kemana, bukan seorang profesional kalau kalian masih mengejar uang, biarkan uang mengejar kita”.

-------------------------------------------

Apabila anda ingin bersilaturahmi dengan penulis, silahkan bisa melalui:

-------------------------------------------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun