Begitu jelas terbayang perjalanan agung menuju altar kebebasan abadi..
Dimana segala materi dan interpretasi tak dapat menghalangi..
Yang mana sosokmu begitu jelas beranomali..
Terjerat..
Dan terkunci rapat..
Apriori bisumu pada estetika..
Omong kosongmu pada neraka..
Tak tahukah bila logikamu juga sama buruknya..
Berkepal tanganmu mengudara..
Berharap langitmu memalingkan wajahnya padamu..
Desis-desis racau mengadiksi kronis akalmu melebihi ekstasi..
Aku hanya ingin tertawa..
Menertawakan tanah tumpah darahmu..
Dan bersedih pada tanah tumpah darahku..
Dan pada darah-darah yang terpaksa kau jarah itu..
Atas nama ideologi..
Atas nama otoritas hakiki..
Atas nama semesta dunia..
Kalian semua tentu berbahagia disana..
Karena aku cukup mengerti desahmu yang lantang..
"Kami berterima kasih untuk terbakar disini.."
*terinspirasi dari fenomena ironis bom bunuh diri..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H