Mohon tunggu...
Rachmad Gempol
Rachmad Gempol Mohon Tunggu... -

RACHMAD YULIADI NASIR, Jurnalis Independent. Mesjid Deah Bitay Aceh Turkiye Jl.Teungku Di Bitay No.1\r\nBitay Jaya Baru Banda Aceh 23235. SMS: 088260020123\r\n

Selanjutnya

Tutup

Money

Wisata Bahari Harus Didukung Semua Pihak

28 April 2012   04:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:01 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JAKARTA-GEMPOL, Indonesia merupakan salah satu negara dengan wilayah laut terluas di dunia. Wilayah laut Indonesia mencapai 70% dari luas keseluruhan Negara Kesatuan. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia karena terdapat lebih dari 17.000 pulau. Indonesia mempunyai kekayaan dan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia. Keanekaragaman tersebut mencakup ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun yang sangat luas serta beragam. Kekayaan yang terkandung di laut Indonesia merupakan sumber daya alam yang mempunyai potensi bisnis sangat besar dan luar biasa, tetapi belum semuanya dimanfaatkan dengan baik. Kita masih harus terus mempromosikan potensi tersebut. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan wisatawan Januari-Oktober 2011 mencapai 6,27 juta orang, naik 6,43% dari periode sama tahun lalu sejumlah 5,78 juta orang.Pemerintah berjanji untuk mencari cara menarik pengunjung dari negara-negara yang relatif tidak merasakan dampak penurunan ekonomi. Di antaranya China, India, Rusia, dan Australia. Industri pariwisata perlu membaca kebutuhan dan harapan wisatawan untuk mengembangkan sektor dan bisnis ini di Tanah Air. Indonesia jangan kalah dengan negara tetangga, maka target 8 juta tahun depan harus segera di wujudkan dengan kerja keras.  Dampak ekonomi dari sektor pariwisata Indonesia tahun 2009 cukup mengembirakan dimana terdapat investasi sebesar Rp  2.323,4 Trilyun. Pada tahun 2010 Indonesia termasuk 10 besar negara yang menyerap tenaga kerja di bidang pariwisata setelah Cina sebesar 64.625.100, India 24.265.500 dan Amerika Serikat 16.820.900, Jepang 7.180.000 dan Indonesia 7.089.900.Turis luar negeri yang datang ke Indonesia diyakini akan mencapai 8 juta orang tahun 2012. Target tersebut naik 3,9% dibandingkan harapan tahun ini sebesar 7,7 juta wisatawan dimana kenaikan tersebut disebabkan oleh peningkatan promosi pariwisata Indonesia. Berdasarkan data Survey Minat Wisata Global 2011 menunjukkan, 4,25% pelancong global ingin mengunjungi Indonesia dalam dua tahun mendatang. Riset lainnya oleh kalangan swasta terhadap 11.620 responden dari 23 negara. Di antaranya dari Kroasia, Mesir, Jerman, Australia, Maroko, Rusia, Inggris, serta beberapa negara tetangga. Riset melaporkan sebanyak 10.726 orang ingin berwisata ke Asia Pasifik.  456 orang atau 4,25% responden berminat mengunjungi Indonesia. Kontribusi terbesar datang dari Singapura, Malaysia, Taiwan, dan Australia. Waktu yang dihabiskan umumnya sembilan malam. Tahun lalu, riset serupa dilakukan terhadap 6.714 responden dari 13 negara di Asia Pasifik. Hasilnya, Indonesia termasuk tujuan wisatawan asal Malaysia, Australia, dan Singapura. Hasilnya, sekitar 7% pernah berkunjung ke Indonesia. Para turis ingin sekali berlibur ke Indonesia dengan melakukan aktivitas luar ruang. Contohnya, menyelam di perairan Raja Ampat, Sorong, Papua, taman laut pulau Rubiah Sabang. Survey Minat Wisata Global juga menunjukkan bujet wisata ke Indonesia meningkat 17%. Kalau tahun 2010 sebesar US$ 1.541 per orang, kini bujet mencapai US$ 1.835. Bujet wisata global rata-rata bernilai US$ 1.895 setiap orang, tak jauh dari bujet melancong ke Indonesia. Hal ini merupakan oportunitas bagi industri pariwisata dalam negeri. Industri pariwisata bahari lainnya yang harus di kembangkan adalah pemanfaatan pulau-pulau kecil yang tersebar di perbatasan, seperti di kawasan pulau Batam cocok bagi wisata kapal layar dan resort untuk menarik pelancong dari singapura dan negara Asean lainnya. Problema yang dihadapi masyarakat perikanan dengan mitra pendukung lainnya sering tidak saling mendukung. Akibatnya industri bahari Indonesia kurang maju dibandingkan negara maritim lainnya. Banyak keluhan yang datang dari masyarakat perikanan, misalnya angkutan udara seperti Garuda Indonesia memasang tarif yang cukup mahal untuk mengangkut ekspor ikan Indonesia ke luar negeri. Sementara eksportir ikan di Thailand bisa leluasa mengekspor ikan ke negara mana pun karena tarif angkutan penerbangan lebih murah. Pemerintah harus giat untuk mempromosikan wisata bahari melalui menyelam, olahraga air dan perjalanan petualangan serta mendorong masyarakat untuk mencintai laut dan sumber dayanya. Kita harus membangun wisata bahari melalui konservasi lingkungan  untuk mendukung Pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam mengembangkan industri wisata bahari berdasarkan konservasi laut. Sudah sepantasnya wisata bahari didukung sepenuhnya oleh lembaga pemerintah Indonesia termasuk Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perikanan dan Kelautan dan Kementerian Lingkungan Hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun