Mohon tunggu...
Rachmad Gempol
Rachmad Gempol Mohon Tunggu... -

RACHMAD YULIADI NASIR, Jurnalis Independent. Mesjid Deah Bitay Aceh Turkiye Jl.Teungku Di Bitay No.1\r\nBitay Jaya Baru Banda Aceh 23235. SMS: 088260020123\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tari Seudati Dalam Kondisi Titik Kritis

2 Desember 2014   10:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:16 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1417465332305677371

JAKARTA-GEMPOL, Tari Seudati bagi masyarakat Aceh adalah tempat mencari penghiburan, mencari informasi dan mencari pengetahuan khususnya agama Islam dan sejarah perjuangan Aceh yang di sampaikan lewat syair-syairnya.

Menurut sejarah maka Seudati berasal dari kata Syahadat, yang berarti saksi/bersaksi/pengakuan terhadap Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah.

Tarian ini juga termasuk kategori Tribal War Dance atau Tari Perang, yang mana syairnya selalu membangkitkan semangat pemuda Aceh untuk bangkit dan melawan penjajahan. Oleh sebab itu tarian ini sempat dilarang pada zaman penjajahan Belanda, tetapi sekarang tarian ini diperbolehkan kembali dan menjadi Kesenian Nasional Indonesia.

Dalam perkembangannya maka Seudati ditampilkan dalam tiga model yaitu Show Seudati, Seudati Festival dan Seudati Tunang. Sekarang ini Seudati Tunang sudah tidak ditampilkan lagi karena isinya lebih banyak menjelekan lawan mainnya.

Tarian Seudati dimainkan oleh 8 orang termasuk dua orang sebagai syeh. Semua pemain Seudati adalah laki-laki walaupun ada juga dari penggiat seni agar Seudati bisa dimainkan oleh perempuan yaitu dalam bentuk kreasi baru nantinya.

Tarian Seudati cukup populer di tahun 1960-1970 dan di tahun 1980-an sudah mulai menurun. Sekarang Tarian Seudati sudah jarang dipelajari orang, anak syeh pemain Seudati belum tentu mau belajar dan bermain seudati, jadi Tarian Seudati sudah memasuki titik kritis.

Dalam pertandingan Tarian Seudati baru-baru ini cukup susah memcari para pemainnya apalagi mencari para penonton. Gratis saja tiketnya jarang ada yang mau menonton apalagi disuruh bayar.

Tarian Seudati hanya populer setiap 5 tahun sekali yaitu saat PKA (Pekan Kebudayaan Aceh) baru ada peminatnnya. Syukurlah pemerintah pusat ada perhatian khusus pada Aceh.

Hari Jumat 17 Oktober 2014, pada acara malam perayaan penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia di Museum Nasional, dari Provinsi Aceh yang diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional ada lima yakni Didong dan Kerawang, keduanya dari Gayo. Tiga lagi Tari Seudati, Rumoh Aceh, dan Kopiah Riman.

Para peneliti dan pengiat seni berharap kedepan Tarian Seudati bisa masuk warisan budaya Internasional dan di akui oleh UNESCO sebagai World Culture Heritage atau Warisan Budaya Dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun