JAKARTA-GEMPOL, Kapal KMP Gurita yang melayani jalur penyebrangan dari Sabang ke Banda Aceh yaitu dari pelabuhan Balohan ke Pelabuhan Malahayati pulang pergi telah tenggelam 18 tahun yang lalu.
Belasan tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 19 Januari 1996, Jumat malam, pukul 21:30 WIB, maka tenggelamlah kapal KMP Gurita bersama kedua orang tuaku.
Saat malam naas tersebut kapal berangkat dari pelabuhan Malahayati Banda Aceh menuju pelabuhan Balohan Sabang.
Ratusan penumpangnya hilang tenggelam. Data manifest hanya mencatat 210 orang penumpang. Akan tetapi fakta berkata lain. Data sebenarnya ada 378 orang penumpang yang diangkut oleh kapal KMP Gurita yang tenggelam tersebut.
Sebanyak 284 orang penumpangnya hilang untuk selama-lamanya di dasar laut teluk Balohan. Hanya 40 orang saja yang bernasib mujur dapat diselamatkan sisanya 54 orang penumpangnya sudah kaku menjadi mayat dan terapung-apung di atas laut.
Satu bulan kemudian keluarlah uang asuransi yang dibayar oleh jasa raharja sebesar Rp 6,5 juta perjiwa penumpang. Disini kami mendapat uang asuransi sebesar Rp 13 juta. Uang asuransi tersebut dipegang oleh Nurlina.
Dari penelusuran ternyata banyak uang yang dipegang oleh Nurlina termasuk uang duka, uang gaji, uang pensiun, uang bantuan, uang penjualan kulkas, lemari dan tempat tidur.
Diprediksikan ada sejumlah uang Rp 25-30 juta yang dipegang oleh Nurlina. Laporan keuangan tidak ada dan katanya uang tersebut sudah habis terpakai.
Hal ini baru Saya ketahui setelah menelpon dari Jakarta pada bulan November 1997, minta laporan keuangan. Rencananya uang tersebut mau Saya bagi saja.
Dari faximili yang Saya kirim sebanyak dua kali kepada Nurlina di Banda Aceh pada bulan November dan bulan Desember 1997, suruh buat laporan keuangan. Saat itu Nurlina bekerja di Bank BDNI Banda Aceh sejak Juni 1996 hingga Mei 1998 kasus penutupan beberapa bank swasta.
Laporan keuangan tidak ada, uang katanya sudah habis, tiba-tiba pada tanggal 26 Desember 1997, Nurlina menikah secara diam-diam di Medan dengan Salahuddin Amdar.