Sabtu pagi, 20 Januari 1996, jam 07:00 WIB, Saya baru mengetahui bahwa kapal KMP Gurita telah tenggelam dari teman anak sabang yang tinggal di depan kamar Saya.
Berhubung cuaca lagi hujan dan pada jam 11:00 WIB, ada ujian K3 maka Saya pikir nanti siang saja baru Saya telepon Ibu Saya di Sabang menanyakan apa benar kapal KMP Gurita telah tenggelam dan siapa saja yang ikut kapal.
Tiba-tiba pada jam 09:00 WIB, datang Om dari Batuphat menuju asrama Politeknik Unsyiah di Buket Rata, Lhok Seumawe yang mengatakan,"Ayo pulang ke Banda Aceh, kapal Gurita telah tenggelam, menurut telepon dari Banda Aceh seperti itu."
Di perjalanan menuju Batuphat baru Saya ingat bahwa menjelang akhir penataran SPADYA, semua istri ikut ke Banda Aceh untuk ikut acara penutupan. Jam 18:00 WIB, baru ada penjelasan bahwa kedua orang tuaku telah ikut kapal KMP Gurita dan tenggelam.
Pasca kapal KMP Gurita Tenggelam maka orang-orang ASDP rajin menulis semua nama penumpang secara lengkap. Alat peraga penggunaan pelampung dipraktekkan.
Kapal penganti sementara yaitu kapal Tandeman tiba di Sabang pada tanggal 4 Februari 1996. Dan Saya mencoba menjajal kapal Tandeman ini pada esok harinya, 5 Februari 1996, menyebrang Sabang-Banda Aceh dan menginap semalam di Banda Aceh.
Saat itu ada perintah Presiden untuk mengangkat kapal KMP Gurita tetapi Menhub mengatakan,"Ongkos angkat kapal KMP Gurita sebesar 50 Milyar, cukup untuk membeli 15 kapal sejenis kapal KMP Gurita."
Sekarang kalau lagi ramai sering ada permainan orang dalam dengan calo untuk memasukan kendaraan mobil dan kendaraan roda dua tetapi tidak tercatat di manifest. Peragaan alat keselamatan juga sudah dilupakan.
Bagi semua korban kapal KMP Gurita, marilah kita berdoa semoga arwahnya diterima di sisi ALLAH SWT...Alfatihah...7X...Amin...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H