Ini tjeritera lain tentang sang setap pentri bernama Soekaspo. Kalaulah nanti tjeritera ini tiada mengocok perut pembaca ya haraplah dipermaklum, namanya saja tjeritera ndak niat.
Konon, di jaman taun ndak enak, Soekaspo sudah terkenal sebagai raja pelor. Nah, apa lagi itu? Ternyata itu julukan untuk orang yang begitu punggungnya nempel, pasti langsung molor. Jangan heran, Soekaspo memang punya anatomi tubuh yang unik, di punggungnya banyak bersliweran syaraf yang sangat mendukung kemampuan tidurnya yang mengagumkan. Seperti halnya di pagi itu, jam sudah menunjukkan angka 5, maksudnya 5 jam setelah ayam berkokok di pagi hari (itung sendiri lah jam brapa itu), Soekaspo masih tergeletak di atas tikar kesayangannya. Hah? Tidur cuma beralaskan tikar? Jangan kagum dulu, di bawah tikar masih ada spring bed...... *dzingghhh bletak, bunyi sendal melayang*
"Poooooo...... wooooooeeeee........ bangguuunn", sebuah teriakan dari sang penguasa dapur pun membahana di seluruh penjuru rumah. "ZZzzzzzz...... zzzZZzzzzzz..... hmmmmm zzZZzzzz", sambil mengelap iler yang mengalir perlahan bagaikan lahar dari gunung Etna di dataran ngeropah sono Soekaspo kembali meneruskan mimpinya. Mendadak...... byuurrr...... bagaikan hujan setahun di-kasbon dalam sehari, seember air bekas cucian menerpa tubuh Soekaspo tanpa ampun. Glodagh..... sejurus kemudian sang ember pun menyusul. "Hah? Duid? Mana Duidnya?", Soekaspo terlihat kebingungan. "Duid duid ! Bangun jam segini nanyain duid", sambil mengomel sang penguasa dapur pun kembali ke kerajaannya.
"Huh, enak - enak mimpi dapet duid, malah dibangunin", Soekaspo ngedumel sambil berjalan ke blakang. Dilihatnya bakul nasi dan sepotong telor dadar gajah (1) di dekat tungku kayu bakar. Soekaspo pun mengambil piring, menyendok nasi yang tersisa dari bakul dan telor dadar yang pasrah tergolek seorang diri. Sesaat kemudian parkir dengan manisnya di atas dingklik dan bersiap menyantap brunch-nya. *Lho? Ndak mandi dulu? Ndak gosok gigi? Lha kan udah tadi pake aer bekas cucian*
Dziingg.... bletak.... grombyang..... sebuah entong bambu melayang dan menyambar kepala Soekaspo yang terlihat irit rambut. Beberapa ekor kutu yang menumpang hidup di kepala Soekaspo menjadi korban, sebagian rata tergencet, sebagian terlempar entah ke mana, sisanya melarikan diri mencari tempat aman. "Mandi dulu, baru makan !" lagi - lagi teriakan sang penguasa dapur menggelegar seantero jagad raya.
Sambil pasang wajah lecek, Soekaspo menyambar kanebo (....eh salah kesting, di ndesa ndak ada kanebo) maksudnya handuk wasiat berwarna pink bersemu coklat butek terkena lunturan daki, berjalan klemar - klemer ke sumur. Dilihatnya sekeor kucing yang sedang merem melek berjemur di bawah sinar matahari di samping sumur, mungkin terinspirasi oleh Jack Katrow. Segeralah muncul berbagai keisengan dalam benak Soekaspo. Masih kesal terkena siraman air bekas cucian, Soekaspo berniat menumpahkan kekesalannya pada sang kucing yang tak terlibat dan tak tahu - menahu. Mak byyuurrr...... seember air sumur pun tanpa ampun menerpa tubuh sang kucing. Sang kucing yang kaget pun langsung kabur dengan kecepatan ala motor Dukatos nomer 46. "Satu kosong !", demikian kata Soekaspo sambil menimba air. Sesaat kemudian.... Byuurrr..... hanya terdengar sekali bunyi siraman air, Soekaspo pun langsung mengeringkan tubuhnya dengan handuk wasiatnya. *Aer mahal juragan !*
Setelah menyelesaikan urusan di sumur, Soekaspo kembali berjalan menuju dapur. Perutnya sudah mulai memainkan orkestra keroncong langgam tanah negeri jiran *Lah? Emang ada? jangan khawatir, nanti pasti ada, menyusul tari Pendet* Dilihatnya sang piring idaman masih tergeletak pasrah di sebelah tungku  kayu bakar. Sesaat, Soekaspo membalikkan tubuhnya mengambil gelas seng dan mengisinya dengan air minum, dan jrenggg...... si kucing yang tadi disiramnya terlihat bersiap menggondol telor dadar gajah dari atas piringnya. "Kucring ! Eh kucing garong !", teriak Soekaspo sambil mengayunkan tangan ala pitcher baseball dan melemparkan gelas. Grombyang...... klonthang..... alih - alih mengenai sang kucing, gelas yang melayang malah terkena piring. Nasi pun berhamburan ke dalam tungku sementara sang kucing sukses besar dalam menjalankan aksinya.  "Apes..... Satu sama", kata Soekaspo sambil terduduk lemas
Jakarta 2012-07-29, mengenang tragedi telor dadar yang digondol kucing siluman *lha ndak kliatan kapan nyolongnya jhe*
Postingan ini digondol oleh @koplakYoBand
Catatan :
1) Telor dadar yang mencampurkan bahan lain seperti tepung dan rajangan sayur supaya bentuknya membesar dan renyah. Biasa disajikan di warung dalam potongan 1/8 bagian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H