Pernah mendengar nama Drs. Suyadi? Bagi mereka yang berasal dari generasi sebelum dekade 90an mungkin samar - samar merasa pernah mendengarnya. Naahh, tetapi jika yang disebutkan adalah Pak Raden dalam film Unyil, pasti sebagian besar pernah mengenal karakter tersebut yang malang melintang cukup lama di layar televisi setiap hari minggu. Dari tangan beliaulah, sejak 1980 sampai dengan 1991, setidaknya sudah terbit 603 seri film si Unyil. Selain sebagai salah satu pencipta film boneka Si Unyil, beliau juga dianggap sebagai salah satu tokoh yang sangat berpengaruh terhadap sejarah perkembangan awal animasi di Indonesia.
Ternyata, hingga di usianya yang menjelang 80 tahun, beliau masih aktif berkarya dalam bidang seni lukis. Hal tersebut terlihat dalam kegiatan "Pameran Tunggal Seni Rupa Drs Suyadi (Pak Raden)" yang digelar di Fakultas Film dan Televisi, Institut Kesenian Jakarta, dari tanggal 13 sampai 20 Juli 2012. Setidaknya 25 lukisan warna dengan media kanvas dan cat acrylic dan 20 sketsa di atas kertas dipamerkan dalam kegiatan tersebut. Sebagian besar lukisan dan sketsa yang dipamerkan mengambil tema seni tradisional, terutama seni pewayangan yang memang cukup dekat dengan beliau. Sebuah karya lukis yang menggambarkan tari tayub berangka tahun 2012, menandakan hingga di usianya saat ini beliau masih aktif berkarya. Secara keseluruhan, karya lukis beliau berjumlah tidak kurang dari 80 lukisan dan ratusan sketsa yang oleh beliau disebut beraliran "figuratif naratif".
Saat wawancara dan pengambilan gambar dimulai beberapa saat kemudian beliau memilih untuk duduk di kursi lipat biasa, bukan di kursi roda miliknya. Dalam wawancara, beliau begitu lancar dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Demikian pula saat menceritakan berbagai pengalamannya sewaktu mendapatkan undangan untuk mendongeng di depan para anak - anak dari berbagai penjuru Indonesia. Berbagai prinsip pemikiran terurai dalam wawancara singkat tersebut. Misalkan prinsip untuk berusaha tidak mengajari dalam menghadapi anak - anak. Saat diminta mendongeng di hadapan anak - anak dengan tema anti korupsi pun beliau memilih untuk tidak menggunakan baik kata korupsi ataupun koruptor. Menghadapi fenomena anak - anak yang lebih dekat dengan budaya luar, beliau berpendapat bahwa budaya tradisional tidak harus dipaksakan tetapi memang harus diperkenalkan.
Terima kasih Pak Raden, terima kasih telah menggoreskan berbagai hal positif dalam masa kanak - kanak kami. Terima kasih, karena kini kembali menggoreskan tentang sebuah sebuah semangat yang selalu menyala tanpa terpadamkan oleh waktu.
Jakarta 2012-07-15
Sumber foto : dokumentasi pribadi
Didongengkan dengan semangat berbagi @koplakYoBand
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H